Rabu, 17 September 2025
Menu

Memperingati Hari Kesetaraan Wanita

Redaksi
Ilustrasi Hari Kesetaraan Wanita atau Women’s Equality Day | Ist
Ilustrasi Hari Kesetaraan Wanita atau Women’s Equality Day | Ist
Bagikan:

ORUM KEADILAN – Setiap tanggal 26 Agustus, dunia memperingati Hari Kesetaraan Wanita atau Women’s Equality Day. Tanggal ini bukan hanya sekadar simbol, melainkan sebuah momentum untuk mengingat perjuangan panjang perempuan dalam memperoleh hak yang sama, terutama dalam bidang politik, pendidikan, pekerjaan, hingga kehidupan sehari-hari.

Kalau kita mundur ke sejarahnya, 26 Agustus dipilih karena pada tahun 1920 di Amerika Serikat, amendemen ke-19 akhirnya disahkan, memberikan hak suara kepada perempuan. Sejak saat itu, tanggal ini menjadi penanda bahwa perjuangan kesetaraan gender bukanlah hal sepele, melainkan sebuah langkah besar menuju dunia yang lebih adil.

Kenapa Masih Penting Dibahas di 2025?

Mungkin sebagian orang berpikir, “Bukankah sekarang sudah banyak perempuan yang bekerja, jadi pemimpin, bahkan berkarier di bidang yang dulunya didominasi laki-laki?” Betul, tapi realitanya kesenjangan masih ada.

Data global menunjukkan masih banyak perempuan yang menghadapi diskriminasi upah, keterbatasan akses pendidikan, bahkan stereotip sosial yang menghambat potensi mereka. Di Indonesia sendiri, isu kesetaraan perempuan terus menjadi topik hangat, mulai dari representasi perempuan di politik, dunia kerja, hingga kesadaran soal peran domestik dan publik yang sering kali timpang.

Hari Kesetaraan Wanita bukan sekadar perayaan, tapi juga ajakan untuk mengevaluasi sejauh mana kita sudah melangkah, sekaligus menegaskan bahwa perjuangan ini belum selesai.

Makna Kesetaraan dalam Kehidupan Sehari-hari

Kesetaraan wanita bukan hanya soal angka atau jabatan, melainkan juga bagaimana perempuan dipandang dan diperlakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:

Di tempat kerja: Apakah perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk promosi atau justru masih terjebak dalam “plafon kaca”?

Di rumah tangga: Apakah beban domestik masih dibebankan sepenuhnya kepada perempuan, atau sudah ada pembagian peran yang lebih adil?

Di ruang publik: Apakah perempuan merasa aman dan bebas mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi?

Pertanyaan-pertanyaan ini membantu kita memahami bahwa kesetaraan tidak berhenti di ranah hukum, tapi juga harus menyentuh aspek budaya dan perilaku sehari-hari.

Dari Simbol ke Aksi Nyata

Merayakan Hari Kesetaraan Wanita tidak cukup dengan sekadar unggah kutipan inspiratif di media sosial. Ada banyak langkah kecil yang bisa dilakukan, misalnya:

1. Mendukung perempuan di lingkungan kerja dan bisnis lokal.
2. Menghargai peran perempuan dalam keluarga tanpa melabelinya dengan stereotip.
3. Memberi ruang aman bagi perempuan untuk berpendapat.
4. Mengedukasi generasi muda tentang pentingnya kesetaraan sejak dini.

Ketika langkah-langkah ini dilakukan bersama, gerakan kesetaraan akan terasa lebih nyata dan berdampak.

Hari Kesetaraan Wanita adalah pengingat bahwa dunia yang adil dan setara bukan sekadar impian. Perjuangan perempuan di masa lalu telah membuka jalan, dan tugas kita hari ini adalah melanjutkannya. Bukan hanya demi perempuan, tapi demi manusia secara keseluruhan.

Kesetaraan bukan tentang siapa yang lebih unggul, melainkan bagaimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, berkarya, dan dihargai.*

Laporan oleh: Michelle Angella