Sabtu, 05 Juli 2025
Menu

Zainul Maarif Ungkap Dibiayai Itrek Terkait Pertemuan 5 Nahdliyin dengan Presiden Israel: Saya Meminta Maaf Atas Segala yang Terjadi

Redaksi
kader Nahdlatul Ulama (NU) Zainul Maarif di Kantor PWNU Jakarta, Kamis, 18/7/2024. | Ist
kader Nahdlatul Ulama (NU) Zainul Maarif di Kantor PWNU Jakarta, Kamis, 18/7/2024. | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Salah satu kader Nahdlatul Ulama (NU) Zainul Maarif, mengungkapkan bahwa perjalanannya ke Israel hingga bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog karena dibiayai oleh lembaga bernama Itrek.

“Biayanya dari, mungkin teman-teman sudah pada tahu ya, bahwa ini organisasinya namanya Itrek ya. Sebenarnya ini nama kependekan dari Israel Trek,” ujar Zainul di Kantor PWNU Jakarta, Kamis, 18/7/2024.

Berdasarkan laman resmi Itrek, organisasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) mempunyai program mengirim mahasiswa pascasarjana beserta tokoh muda dari banyak negara untuk melakukan perjalanan ke Israel selama satu minggu.

Kelompok pro-israel tersebut mengatur perjalanan dan menerima dana langsung dari pemerintah Israel, untuk meningkatkan citra Israel di kalangan publik.

Ia menjelaskan bahwa kegiatannya untuk berkunjung ke negara Israel dan Palestina. Zainul menyebut, pihak yang mengajak dirinya mengikuti kegiatan ini berawal dari seorang kawannya asal Universitas Harvard, AS.

“Yang mengajak itu, ini sebenarnya yang mengajak adalah kawan dari Harvard, ya. Dari Harvard, penelitian,” imbuhnya.

Zainul mengaku, menggunakan visa turis untuk berkunjung ke negara itu. Pada awalnya, dirinya terbang terlebih dulu ke Dubai, Uni Emirat Arab kemudian melanjutkan perjalanannya ke Israel.

“Rangkaian (kegiatannya) itu dari 30 Juni sampai 5 Juli 2024. Jadi baru awal bulan ini. (Bertemu Presiden Israel) itu adalah tanggal 3 Juli 2024,” tuturnya.

Ia menjelaskan kunjungannya ke Israel dan Palestina sebagai kegiatan dialog lintas iman sekaligus untuk penelitian lapangan dan mengklaim sedang melakukan penelitian tentang kehidupan orang Islam di Israel.

Zainul menyebut, peserta yang ikut program ini ada yang beragama Kristen, Katolik, Yahudi dan Islam.

“Bagaimana kehidupan Muslim di sana? Kalau kehidupan Muslim di Gaza kita sudah tahu. Nah, kalau di Israel seperti apa? Semacam itu. Kemudian selebihnya, karena saya juga terlibat tentang dialog lintas iman, saya ngajar juga tentang kajian lintas agama, semacam itu. Ya kalau pun ke sana, selain penelitian itu, mohon pertemukan dengan yang relate dengan saya. Yaitu, tokoh-tokoh agama,” jelasnya.

Di sisi lain, Zainul mengklaim tidak mendapatkan keuntungan secara finansial dari kunjungannya ke Israel walaupun demikian, dirinya mengaku dibantu dari sisi biaya visa hingga biaya asuransi perjalanan.

“Awalnya malah disuruh bayar itu, visa sama asuransi. Tapi kemudian saya bilang, ‘ini high risk, ini risikonya tinggi’, semacam itu kan. ‘Risikonya tinggi, kok malah kami disuruh beli asuransi?’ Maka kemudian, alhamdulillah itu, asuransi dan visa kami bebas, semacam itu. Maka kemudian, alhamdulillah itu, asuransi dan visa kami bebas, semacam itu. Nah, tapi kemudian tidak ada take home pay, tidak ada, kami tidak dapat duit dari situ,” lanjutnya.

Pada akhirnya, Zainul Maarif meminta maaf ke organisasi NU berserta masyarakat Indonesia buntut Presiden Israel beberapa waktu lalu.

“Kepada masyarakat Indonesia, wabil khusus umat Islam, wabil khusus lagi kepada Nahdlatul Ulama, organisasi di mana saya berada, atas apa yang ketidaknyamanan yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan kunjungan saya ke Palestina dan Israel,” ucapnya.

Zainul menilai tindakannya ini sebagai pelajaran besar untuknya pribadi dan menganggap niat dan tindakan baik terkadang efeknya belum tentu baik.

“Dan saya dalam hal ini sekali saya meminta maaf atas segala yang terjadi. Dan ini pelajaran penting buat saya tindakan dan niat baik itu efeknya ternyata memberikan efek buruk,” tambahnya.

Ke depannya, dirinya mengimbau kepada para pemuda untuk berhati-hati ketika ada undangan dari pihak luar supaya dikonsultasikan. Bila sebagai kader NU, wajib mengkonsultasikan terlebih dulu ke para kiai.

“Mohon semua jangan ganggu organisasi tersebut dan juga mohon jangan menyerang keluarga-keluarga kami ini. Kami mengaku salah karena tadi membuat ketidaknyamanan semacam ini mohon jangan hukum kami terutama yang tidak melakukan tadi,” pungkasnya.*