Yusril: Kalau Jokowi Dukung Prabowo, Apa Masalahnya?

FORUM KEADILAN – Ketua Tim Pembela Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Yusril Ihza Mahendra, mempertanyakan apa masalahnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Yusril menilai bahwa tidak ada yang salah jika Jokowi mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Hal ini disampaikan oleh Yusril sebagai pihak terkait dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung MK, Jakarta Pusat, Senin, 1/4/2024. Pada awalnya, Ahli Ekonomi UI yang dihadirkan oleh kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Vid Adrison, menjelaskan kunjungan yang dilakukan oleh Jokowi ke daerah-daerah selama periode Oktober 2023 hingga Februari 2024.
Vid menjelaskan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh Jokowi tersebut mendongkrak suara Prabowo-Gibran dan mengatakan suara Prabowo mempunyai peningkatan setelah Jokowi melakukan kunjungan-kunjungannya di beberapa daerah, jika dibandingkan dengan Pemilu 2019.
“Ada kenaikan perolehan suara paslon 02 yang cukup besar jika dibandingkan dengan suara Prabowo pada Pilpres 2019 dengan rata-rata kenaikan 32 persen, minimum 6,3 (persen) maksimum 66,3 (persen),” tuturnya.
Vid menyebut bahwa tidak ada bukti perolehan suara Prabowo di Pemilu 2019 yang berhubungan dengan suara di Pemilu 2024. Menurut Vid, kunjungan Jokowi sangat efektif dalam meningkatkan suara Prabowo di Pemilu 2024.
“Ada bukti menunjukkan kunjungan Prabowo 2024 menurunkan perolehan suara Ganjar. Kunjungan Prabowo tidak berdampak pada suara Anies. Kunjungan Prabowo 2024 dan suara Jokowi itu semakin memperbesar kenaikan suara Prabowo,” terangnya.
Yusril kemudian mendapatkan kesempatan bertanya ke ahli. Ia mempertanyakan hubungan dukungan Jokowi dengan kenaikan suara Prabowo. Karena, menurutnya, paslon lainnya juga didukung oleh tokoh-tokoh lain yang berpengaruh.
“Bahwa petahana, atau calon yang didukung oleh petahana akan mendapatkan suara lebih dibanding calon lain? Bagaimana ahli dapat menerangkan kekalahan Megawati dengan SBY, dan pilpres 2024?” tanya Yusril.
“Kalau memang kesimpulan ini berlaku, apakah hanya satu faktor kebetulan, Jokowi yang jadi presiden dan dia mendukung pasangan Prabowo-Gibran dan memperoleh suara lebih. Seandainya sekarang yang jadi presiden Jusuf Kalla, yang mendukung Anies-Muhaimin, berarti calon itu akan peroleh suara lebih di pilpres sekarang? Seandainya lagi, yang jadi presiden Megawati, maka Ganjar-Mahfud akan dapat suara lebih berdasarkan saudara, apa masalahnya persidangan sekarang ini dengan pendapat saudara itu? Ada sesuatu yang salah atau tidak?” lanjut Yusril.
Vid mengatakan jika kunjungan Jokowi sudah jelas memberikan dampak kepada suara Prabowo. Lalu, ia membandingkan Pemilu 2024 yang tidak diikuti oleh petahana.
“Jadi ketika kita melihat bahwa SBY tidak mendukung Jokowi pada 2014 tapi hasilnya Jokowi menang, itulah fakta, tapi itu tidak bisa menegasikan anecdotal evidence, tidak bisa menegasikan efek dari petahana ya,” jelasnya.
Vid menyebut bahwa suara yang diperoleh oleh paslon nomor urut 2 adalah sebuah refleksi dari suara Jokowi di Pemilu 2019. Dikarenakan suara Prabowo saat 2019 jauh berbeda dengan suara di Pemilu 2024.
“Karena ada pandangan dari masyarakat bahwa 02 didukung oleh Presiden Jokowi. Hasilnya memang signifikan jadi ada unsur fanatisme,” imbuh Vid.*