Hubungan Jokowi-PDIP Semakin Panas

FORUM KEADILAN – Hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan PDIP semakin panas dan dinilai sudah berakhir.
Anggapan tersebut disampaikan dari Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno terkait ketidakhadiran Jokowi dalam acara HUT PDIP dengan kondisi hubungan diantara kedua belah pihak.
Diketahui, HUT ke-52 PDIP akan digelar pada Rabu, 10 Januari dengan tema ‘Satyam Eva Jayate, Kebenaran Pasti Menang’. Acara tersebut akan dibuka dengan pidato politik dari Ketua Umum (ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri.
Ketidakhadiran Jokowi dalam acara HUT PDIP disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto.
Hasto mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui kalau Jokowi akan melakukan kunjungan negara ke luar negeri pada 10 Januari dan ia menegaskan bahwa HUT ke-51 PDIP akan fokus untuk menyatu dengan rakyat.
“Kami sudah mendapat informasi juga bahwa Pak Presiden Jokowi akan melaksanakan tugas negara dengan ke luar negeri di Filipina. Tapi watak kegiatan kali ini adalah turun ke bawah menyatu dengan rakyat itu sendiri,” jelas Hasto, Sabtu, 6/1/2024.
Adi menganalisis hubungan Jokowi dan PDIP saat ini dan menilai Jokowi dan PDIP tak lagi satu pandangan politik.
“Pandangan Jokowi menghindari HUT PDIP mulai bermunculan. Namanya juga publik pasti punya tafsir yang liar. Terlepas dari itu, ini makin jadi penebal bahwa Jokowi tak lagi sehati, tak lagi sepemikiran, tak lagi bersama PDIP,” ujar Adi kepada wartawan, Sabtu, 6/1/2024.
Ia juga mengatakan, masyarakat telah mengetahui bahwa hubungan Jokowi dengan PDIP telah berakhir disaat Gibran maju menjadi cawapres Prabowo.
“Ketika Jokowi tak hadir HUT PDIP itu sama halnya Jokowi dan PDIP sudah talak 3 meski kata talak itu tak diucapkan. Kalau dilihat rata-rata bagi PDIP acara HUT itu sangat keramat dan sakral. Semua kader wajib hukumnya hadir,” lanjut Adi.
Indikasi talk 3, kata Adi, telah melengkapi dari berbagai sisi dan ia menyoroti terkait Jokowi dan Prabowo bertemu dan makan malam di Restoran di kawasan Jakarta Pusat.
“Pertama, Jokowi tak sejalan dengan keputusan PDIP dukung Ganjar maju Pilpres 2024. Kedua, Jokowi tak diundang dan tak hadir saat Ganjar dan Mahfud deklarasi sebagai pasangan capres dan cawapres. Ketiga kemungkinan tak hadir HUT PDIP karena lebih mementingkan kunker (kunjungan kerja) ke luar negeri,” terang Adi.
“Sudah tak ada bantahan lagi, Jokowi sangat terlihat mendukung Prabowo ketimbang Ganjar. Apalagi beberapa waktu lalu, Jokowi terlihat hangat makan malam bersama Prabowo,” sambung Adi.
Senada dengan Adi, Relawan Pro-Jokowi (Projo) juga mengatakan bahwa hubungan antara Jokowi dan PDIP memang sudah terlihat berubah sejak berbulan-bulan lalu.
“Jauh sebelum ini dibicarakan saya sudah bicara urusan ini. Saya bilang relasi PDIP dengan Jokowi berubah sudah,” ucap Ketua Bapilpres Projo Panel Barus saat dihubungi, Minggu, 7/1/2024.
Panel menilai Jokowi sejak sekitar empat bulan yang lalu tampak condong menaruh dukungannya kepada capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan dirinya menambahkan, hal ini terlihat sebelum adanya pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo.
“Kalau dari 4 bulan yang lalu saya pribadi dari Musra itu saya sudah ngomong kecenderungan Pak Jokowi itu ke Pak Prabowo. Itu sebelum urusan mengusung Gibran,” sambung Panel Barus.
Perubahan hubungan ini akan menjadi kekhawatiran khusus bagi PDIP karena hal itu akan berdampak pada elektoral PDIP di Pemilu 2024.
“Relasi yang berubah itu tentu dikhawatirkan PDIP akan mempengaruhi perolehan elektoral di Pemilu 2024. Karena terbukti di Pemilu sebelumnya ketika Pak Jokowi sejalan dengan PDIP, elektoral PDIP mengalami kenaikan yang eksponensial. Jadi dengan perubahan relasi ini yang dikhawatirkan oleh PDIP adalah impact pada perolehan di 2024,” terang Panel.
Di sisi lain, menurut Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno beranggapan ucapan ‘talak’ tersebut terlalu dilebih-lebihkan.
Ia menambahkan akan lebih baik jika berpandangan bahwa Jokowi pada saat ini Jokowi mempunyai sikap politik yang berbeda dengan partai yang mengusungnya.
“Jangan pakai istilah yang seram-seram. Lebih baik disebut, Jokowi punya sikap dan pilihan yang berbeda dari partai yang membesarkannya. Pilihan yang prosesnya panjang dan penuh dinamika,” ujar Hendrawan kepada wartawan, Minggu, 7/1/2024.
Hendrawan menyebut perayaan ulang tahun PDIP tahun ini memang berbeda dari perayaan sebelumnya. Tetapi, ia menekankan bahwa partainya masih berada di dalam kabinet.
“HUT ke-51 PDIP memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini fokusnya rumah tangga akar rumput, bukan selebrasi atau retorika angan-angan, Kami diinstruksikan untuk bergerak ke bawah, ke konstituen partai, ke rakyat,” tambah Hendrawan.
“Dinamika yang membawa pilihan politik berbeda. Kami juga masih di kabinet, bukan?” tegas Hendrawan.
Ia menilai, istilah ‘talak’ berlebihan karena memberikan kesan ada dua pihak yang bermusuhan. Namun demokrasi yang berkembang di Indonesia yang menurutnya kekeluargaan.
“Dalam demokrasi gotong royong, jangan menggunakan diksi atau narasi yang seram-seram, yang berlebihan, yang frontal konfrontatif,” tutur Hendrawan.*