Selasa, 04 November 2025
Menu

Dahsyatnya Angin Surga PDIP

Redaksi
Kenangan saat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan istrinya Annisa Pohan bersilaturahmi ke Megawati Soekarnoputri serta Puan Maharani dalam momentum Hari Raya Idul Fitri di kediaman Megawati, Teuku Umar, Jakarta, Rabu 5/6/2019 lalu. (Ist)
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengingatkan Partai Demokrat untuk tidak jatuh pada lubang yang sama tatkala bekerjasama dengan PDI Perjuangan pasca Pilpres 2019 lalu.

Sebuah pengalaman pahit yang hanya menyisakan foto selfie dan tidak pernah mendapat jatah pembagian kue kekuasaan di pemerintahan Joko Widodo.

Siti Zuhro memandang kemunculan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang santer didengungkan sebagai pendamping Ganjar Pranowo di perhelatan Pilpres 2024 mendatang, dikhawatirkan hanya sebatas angin surge yang tak pernah terealisasi.

“Kita pernah mencatat pada 2019, ketika Jokowi mengundang AHY sebagai Ketum Partai Demokrat. Koalisi morat-marit ketika itu. Tapi setelah dipanggil (Jokowi), setelah foto-foto dengan Bu Mega, ternyata lewat begitu saja. Nggak ada (penempatan dalam pemerintahan), sampai Ibu Ani meninggal, ndak ada lagi,” kisah Zuhro kepada Forum Keadilan, Senin, 12/6/2023.

Jokowi tambah Zuhro juga diketahui datang ke kegiatan besar yang diselenggarakan Demokrat. Asumsi publik kemudian mencuat perihal akan adanya koalisi antara Demokrat dengan pemerintah sehingga PKS menjadi satu-satunya oposisi.

“Memori itu masa tidak ada pada SBY dan Demokrat sih? Apalagi yang terbaru adalah ketika sudah disebutkan Sekjen Hasto (tahun 2022) yang mengatakan kami berkomunikasi kecuali dengan dua partai (Demokrat dan PKS), eksplisit lagi,” singgung Zuhro.

Terlebih Siti mempertanyakan kebenaran telah mencairnya kebekuan hubungan antara Megawati Soekarnoputri dengan Soesilo Bambang Yudhoyono.

Saat menjabat Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pernah melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis 2/5/2019, sore. | Ist

Seperti diketahui saat ini PDIP dan Demokrat tengah aktif melakukan komunikasi. Hal itu menyusul pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang menyampaikan nama AHY masuk dalam radar bakal Cawapres pendamping Ganjar.
Begitu pula Demokrat telah menyatakan satu suara bersama NasDem dan PKS di Koalisi Perubahan untuk mendukung Anies Baswedan sebagai Capres 2024 mendatang.
Berlarut-larutnya deklarasi pendamping Anies Baswedan disebut sebagai faktor yang membuat Partai Demokrat meradang terhadap Koalisi Perubahan.

Namun Zuhro menilai, beredarnya nama AHY di bursa Cawapres pendamping Ganjar tak ubahnya fatamorgana politik. Suatu hal yang mustahil dilakukan, biak dari konteks ideologi maupun history kedua partai.

“Tidak ada landasan yang kuat. Tapi kan konteks atau perkembangan kekinian itu juga perlu diperhitungkan oleh mereka (PDIP). Ketika katakan kalau itu tidak dilakukan justru nanti tidak akan mendapat poin bagi porosnya PDIP,” ujar Zuhro.

“Maka saya melihat (AHY Cawapres Ganjar) itu kan kamuflase politik saja sebetulnya. Jadi kayak oase, atau semacam fatamorgana di siang bolong. Apalagi PDIP mendapuk dirinya sebagai partai ideologis,” tutupnya.