Minggu, 16 November 2025
Menu

Pengamat: Popularitas Purbaya Menguat, Simbol Perlawanan Teknokrasi Lama

Redaksi
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta pada Senin, 22/9/2025. | Dok Kemenkeu RI
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta pada Senin, 22/9/2025. | Dok Kemenkeu RI
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Menguatnya nama Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai sebagai sinyal perubahan arah kebijakan ekonomi nasional.

Menurut pengamat dari STISNU Tangerang, Abdul Hakim, kemunculan Purbaya di panggung utama kebijakan fiskal mencerminkan berakhirnya dominasi teknokrasi lama dan munculnya gaya baru yang lebih berani dan konfrontatif.

Abdul Hakim menuturkan bahwa popularitas Purbaya justru terbentuk bukan dari capaian kebijakan, karena belum teruji, melainkan dari persepsi publik terhadap sikapnya yang dianggap keras dan menantang pola lama pengelolaan ekonomi.

“Di tengah kejenuhan masyarakat terhadap wacana efisiensi dan stabilitas, Purbaya tampil dengan gaya nasionalistik: pertumbuhan 5 persen tidak cukup, negara harus lebih berani mengintervensi, dan IMF tidak selalu benar,” kata Abdul Hakim kepada Forum Keadilan, Minggu, 16/11/2025.

Ia menilai citra tersebut membedakan Purbaya dari pendahulunya yang lebih berhati-hati dalam menjaga keseimbangan fiskal.

“Purbaya tampak seperti reformis keras kepala yang ingin membersihkan perpajakan dan bea cukai dari korupsi. Ia bukan ‘insider’ lembut yang menjaga status quo,” ujarnya.

Nama Purbaya pun dengan cepat mendominasi pemberitaan, perbincangan publik, dan debat di media sosial. Sosoknya menjadi simbol dua hal yang saling bertentangan, harapan baru bagi sebagian masyarakat dan kekhawatiran bagi sebagian investor.

Namun menurut Abdul Hakim, modal terbesar Purbaya saat ini masih sebatas simbolik. Beberapa bulan ke depan akan menjadi periode krusial untuk membuktikan bahwa keberanian berbicara benar-benar diikuti kemampuan mengelola kebijakan secara nyata.

“Purbaya baru memiliki modal simbolik sebagai orang baru yang berani. Namun simbol tanpa disiplin mudah pudar. Beberapa bulan ke depan akan menentukan apakah keberanian berbicara dapat berwujud dalam kemampuan mengelola kebijakan,” jelasnya.

Laporan oleh: Muhammad Reza