Selasa, 02 Desember 2025
Menu

BMKG Ungkap Anomali Hujan Sebulan dalam Sehari di Sumatra

Redaksi
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI pada Senin, 1/12/2025. | Dok BMKG
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI pada Senin, 1/12/2025. | Dok BMKG
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa Sumatra diguyur hujan sebulan dalam sehari hingga menyebabkan bencana banjir hingga longsor adalah anomali.

Awalnya menjelaskan bahwa di Sumatra Utara terdampak fenomena Siklon Tropis Senyar. Hal tersebut sempat diprediksi BMKG sekitar delapan hari sebelumnya dan sudah memberikan peringatan ke pemerintah setempat.

“Siklon Tropis Senyar itu sudah bisa kita prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan siklon. Jadi di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat itu Kepala Balai 1, Balai Besar BMKG Wilayah 1 itu sudah mengeluarkan warning delapan hari sebelumnya, diulang lagi empat hari sebelumnya, kemudian dua hari sebelumnya,” ujar Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat koordinasi di kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin, 1/12/2025.

Ia meminta kepada para kepala daerah dapat segera merespons untuk bergerak meningkatkan kewaspadaan. Informasi itu juga agar dapat diberikan langsung kepada masyarakat.

“Sehingga ada beberapa kepala daerah juga yang menangkap informasi itu dan menyampaikan secara langsung kepada jajarannya di tingkat daerah,” kata.

Menurutnya, peringatan dini Siklon Tropis menyebabkan curah hujan ekstrem dan ancaman bencana hidrometeorologis, yakni longsor dan banjir hingga banjir bandang. Oleh karena demikianm kepala daerah harus segera merespons dan mencermati setiap informasi yang ada.

“Mohon para kepala daerah juga berhati-hati dan mencermati informasi-informasi yang kami berikan melalui pos atau koordinator tiap provinsi. Ada lima balai besar yang kami miliki, itu memiliki wewenang untuk memberikan warning langsung ke provinsinya. Bisa diundang untuk diajak berdiskusi bagaimana persiapan-persiapan ancaman berikutnya itu bisa langsung diundang,” jelasnya.

Sementara itu, Teuku mengatakan Indonesia sebenarnya bukan daerah rawan siklon. Tetapi, perubahan cuaca dan iklim tiba-tiba membuat Siklon Senyar di Selatan Malaka menyebabkan hujan lebat dan bencana Sumatra Utara.

“Tapi ternyata terjadi anomali, karena anomali atmosfer, kemudian cuaca, seruakan dingin dan sebagainya, sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka,” tuturnya.

Akibat anomali siklon itu, bencana besar terjadi di Sumatra Utara. Walaupun kategori siklon rendah, namun dampaknya besar.

“Dan pada saat yang sama Selat Malaka ini suhunya agak hangat, menaikkan hujan, awan hujan terbentuk cukup banyak, sehingga walaupun Siklon Senyar berkategori 1 paling rendah dari kategori 1 sampai 5, menimbulkan dampak bencana yang sangat besar,” imbuhnya.

BMKG kembali menyampaikan penjelasannya dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI.

Ketua Komisi V DPR RI Lasarus menyebut bencana di Aceh, Sumatra Utara, hingga Sumatra Barat adalah anomaly dikarenakan hujan satu bulan turun dalam waktu sehari.

“Paling tidak Basarnas bisa menyampaikan sejauh mana upaya operasi pencarian yang dilakukan, terutama untuk 300 lebih korban yang masih belum ditemukan sampai hari ini. Demikian juga BMKG nanti juga turun disampaikan Pak ya. Ini fenomena apa ini?” ujar Lasarus dalam dalam rapat di DPR, Senin, 1/12/2025.

Lasarus menilai bahwa bencana di Pulau Sumatra Utara anomaly dan menyoroti jumlah korban masif dari bencana tersebut.

“Sering Pak kita mengalami banjir, tanah longsor. Tapi, menurut saya kejadian kali ini di Aceh, kemudian di Sumut, dan di Sumatera Barat ini menurut saya ini anomali Pak,” ujar Lasarus.

“Anomali masuk kategori kejadian yang luar biasa, dengan korban 700 hampir 800 orang yang meninggal plus yang masih hilang, sampai hari ini,” tambahnya.

Lasarus meminta penjelasan kepada BMKG mengenai fenomena bencana di Pulau Sumatra Utara. Di momen ini Lasarus dan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani melakukan berdiskusi mengenai hujan sebulan yang turun dalam waktu satu hari di bencana Sumatra.

“Demikian juga BMKG Pak, kami minta informasi terkini. Saya yakin Pak, masyarakat pasti tidak monitor ini bahwa ada siklon tropis yang terperangkap di apa namanya di atas Sumatera ini sehingga hujan tumpah di situ semua. Tadi Kepala BMKG sempat menyampaikan kepada saya, itu hujan untuk satu tahun Pak ya?” tanya Lasarus.

“Satu bulan,” jawab Teuku.

“Hujan untuk satu bulan hanya tumpah dalam satu hari. Jadi volume hujan satu bulan tumpah dalam satu hari. Nah ini kan juga fenomena yang harusnya, apakah teknologi kita, peralatan kita sudah bisa mendeteksi ini sehingga masyarakat ada kewaspadaan,” terangnya.

Lasarus pun meminta Basarnas dan BMKG tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat. Ia menyebut seharusnya dua lembaga ini dapat mengantisipasi sebelum kejadian semakin parah.

“Namanya penanggulangan ini harusnya bukan hanya menanggulangi setelah terjadi bencana Pak, harusnya juga teman-teman di sana bekerja, melakukan pekerjaan bagaimana supaya bencana itu tidak terjadi di lokasi itu,” tutur Lasarus.

“Ditanggulangi lebih dini gitu lah, antisipasi, ya mengantisipasi dini ini juga bagian dari menanggulangi Pak sebelum terjadi bencana,” sambungnya.

Teuku lalu menjelaskan mengenai hujan ekstrem yang terjadi sejak 25-27 November. Ia menyebut volume curah hujan yang turun sama dengan hujan bulanan yang tumpah dalam satu hari.

“Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya,” ujarnya.

“Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya,” lanjutnya.

Teuku juga menyampaikan hujan yang terjadi di wilayah Sumut. Berdasarkan catatan BMKG, volume hujan di Langkat 390 mm per hari.

“Kemudian ini di Sumatera Barat. Jadi yang memang kata kuncinya adalah siklon tropis ini bukan bencana yang lazim terjadi di daerah tropis, tapi inilah kejadian yang kita hadapi sekarang. Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPB dan Basarnas itu mendapat arahan, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal,” katanya.

Adanya ancaman bibit siklon, lanjutnya, di perairan selatan Indonesia pada periode November hingga Februari. Wilayah yang perlu waspada yaitu Bengkulu, Sumatra Selatan, Selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua Tengah dan Papua Selatan.

“Ini adalah daerah-daerah yang rawan terjadinya bibit siklon yang dapat berkembang menjadi siklon tropis. Tentunya akan ada ancaman curah hujan tinggi, bencana hidrometeorologi, dan juga gelombang tinggi,” pungkasnya.