Selasa, 28 Oktober 2025
Menu

Raja Juli Buka Suara Terkait Mahkota Cenderawasih Dibakar Petugas

Redaksi
Raja Juli Buka Suara Terkait Mahkota Cenderawasih Dibakar Petugas. | Rahmad Fadjar Ghiffari/Forum Keadilan.
Raja Juli Buka Suara Terkait Mahkota Cenderawasih Dibakar Petugas. | Rahmad Fadjar Ghiffari/Forum Keadilan.
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni buka suara mengenai pemusnahan barang bukti seperti offset dan mahkota Cenderawasih di Jayapura, pada Senin, 20/10/2025, yang menuai kecaman dari masyarakat Papua.

Juli menjelaskan bahwa kejadian di Papua itu Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko telah meminta maaf secara resmi dan terbuka.

“Soal kejadian di Papua, Pak Dirjen KSDAE sudah secara resmi, secara terbuka mengucapkan maaf kepada masyarakat Papua, bahwa apa yang dilakukan oleh staf kami di Papua itu benar tapi tidak bisa dibenarkan,” kata Menteri Raja Juli di Kantor BKSDA Bali, di Denpasar, Senin, 27/10/2025.

Raja Juli mengatakan dalam falsafah Jawa ada benar dan pener dana pa yang dilakukan oleh staf BKSDA di Papua tidak tepat.

“Kalau dalam falsafah Jawa, tapi saya bukan orang Jawa, tapi saya belajar, itu ada benar dan pener, itu benar tapi tidak tepat, tidak kontekstual. Jadi legalnya benar tapi beyond legality itu tidak benar, karena ada kearifan lokal, ada lokal wisdom yang membuat ketersinggungan masyarakat,” tuturnya.

Ia pun menyatakan bahwa dalam kejadian tersebut dirinya juga meminta maaf kepada masyarakat di Papua. Raja Juli berencana mengumpulkan seluruh BKSDA di Indonesia secara online atau zoom untuk memberikan pemahaman kepada mereka.

“Jadi atas nama Kementerian Kehutanan, Pak Dirjen sudah minta maaf. Saya juga mohon maaf agar apa yang terjadi ini, menjadi catatan dan rencana saya sebenarnya hari ini akan mengumpulkan secara zoom seluruh BKSDA kami di seluruh Indonesia,” tuturnya.

“Untuk menginventarisasi lagi, apa yang di masyarakat itu dianggap tabu atau dianggap sebagai suatu hal yang sakral. Sehingga nanti ketika ada law enforcement, penegakan hukumnya tidak melanggar hal semacam ini,” lanjutnya.

Tantangan saat ini, lanjutnya, adalah burung Cenderawasih menjadi target pemburuan liar.

“Statusnya juga endemik dan burung Cenderawasih ini banyak jenisnya dan tidak semua berhasil di penangkaran. Jadi banyak sekali tantangan-tantangannya, (burung Cenderawasih) lebih pemalu, (harus memiliki) suhu udara tertentu, gelapnya juga tertentu,” terangnya.

“Sekali lagi, mohon disampaikan kepada seluruh masyarakat Papua kami akan koreksi besar-besaran tentang ini dan sampaikan mohon maaf kami. Semoga nanti dimanapun tidak hanya di Papua, staff saya bisa lebih sensitif terhadap persoalan-persoalan lokal wisdom. Terima kasih,” tambahnya.

Diketahui sebelumnya, anggota DPR RI dari dapil Papua, Yan Permenas Mandenas, mengecam aksi Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang melakukan pemusnahan mahkota Cenderawasih dengan cara dibakar.

Mandenas mengaku bahwa dirinya mendukung langkah penertiban itu, termasuk larangan berburu burung Cenderawasih untuk dijadikan ikat kepala dan mahkota. Tetapi, dirinya mengutuk cara yang digunakan.

“Langkah penertiban saya dukung, tapi tidak dibenarkan melakukan penertiban dengan membakar mahkota Cenderawasih,” kata Mandenas dalam keterangannya, Rabu, 22/10/2025.

Pembakaran mahkota Cenderawasih tersebut dilakukan BBKSDA pada Senin, 20/10. Pemusnahan tersebut dimaksudkan untuk memutus rantai perdagangan ilegal satwa liar dilindungi, termasuk Cenderawasih.*