Fenomena Situationship yang Bikin Bingung Antara Teman atau Pacar
FORUM KEADILAN – Hubungan modern kini punya banyak bentuk, salah satunya yang sedang sering dibicarakan adalah situationship. Istilah ini muncul di tengah perubahan cara orang menjalin hubungan, terutama di era yang serba cepat dan serba “tidak mau ribet”. Namun, apa sebenarnya arti situationship itu, dan mengapa banyak orang tanpa sadar terjebak di dalamnya?
Apa Itu Situationship
Secara sederhana, situationship adalah hubungan yang tampak seperti pacaran, tetapi tanpa komitmen yang jelas. Dua orang bisa saling dekat, saling perhatian, bahkan berperilaku seperti pasangan, tetapi tidak pernah benar-benar mendefinisikan hubungan mereka.
Berbeda dengan hubungan pertemanan biasa, situationship biasanya disertai kedekatan emosional dan fisik yang intens, namun tanpa arah yang pasti. Hubungan ini sering muncul karena kedua pihak tidak ingin terikat, takut kehilangan kebebasan, atau belum siap untuk menjalani komitmen penuh.
Tanda-Tanda Kamu Sedang Berada dalam Situationship
Kamu mungkin sedang berada dalam situationship tanpa sadar. Beberapa tanda yang sering muncul antara lain:
1. Tidak ada kejelasan status
Kamu dan dia sering bersama, tapi tidak pernah benar-benar membahas hubungan ini mau dibawa ke mana.
2. Komunikasi tidak konsisten
Kadang intens, kadang menghilang tanpa kabar. Semua tergantung suasana hati atau waktu luang.
3. Tidak ada rencana jangka panjang
Hubungan hanya berjalan dari hari ke hari, tanpa pembicaraan soal masa depan bersama.
4. Hanya ada keintiman tanpa kedalaman emosional
Kedekatan fisik terasa kuat, tetapi tidak diimbangi dengan keterbukaan atau koneksi yang lebih dalam.
5. Kamu merasa bimbang dan tidak tenang
Ada perasaan menggantung — tidak benar-benar bersama, tapi juga tidak sepenuhnya sendiri.
Mengapa Banyak Orang Terjebak dalam Situationship
Fenomena ini tidak lepas dari cara hidup modern yang makin fleksibel namun juga kompleks. Beberapa alasan mengapa situationship menjadi umum di kalangan muda adalah:
1. Takut akan komitmen. Banyak orang merasa hubungan formal terlalu berat, terutama jika sedang fokus pada karier atau kehidupan pribadi.
2. Takut kehilangan kebebasan. Ada rasa ingin dekat dengan seseorang tanpa harus “diikat” oleh status.
3. Adanya kebutuhan emosional sementara. Situationship sering menjadi ruang pelarian dari kesepian tanpa harus menghadapi tanggung jawab emosional dari hubungan serius.
4. Kebingungan karena media sosial. Interaksi di dunia digital sering membuat batas antara “teman dekat” dan “pasangan” menjadi kabur.
Dampak Situationship terhadap Kesehatan Emosional
Meski tampak ringan, situationship bisa berdampak pada kestabilan emosi seseorang. Perasaan tidak pasti bisa menimbulkan kecemasan, menurunkan rasa percaya diri, bahkan membuat seseorang sulit membangun hubungan sehat di masa depan.
Ketika satu pihak mulai menaruh perasaan lebih dalam, hubungan tanpa definisi ini bisa menjadi sumber sakit hati. Rasa tidak dihargai, tidak dianggap penting, atau hanya dijadikan “opsi” bisa muncul tanpa disadari.
Cara Keluar dari Situationship
Jika kamu merasa terjebak dalam situationship, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Kenali perasaanmu sendiri.
Tanyakan pada diri: apakah kamu benar-benar nyaman, atau hanya takut kehilangan seseorang?
2. Bicarakan dengan jujur.
Kejelasan hanya bisa didapat dari komunikasi terbuka. Jangan takut menanyakan arah hubungan.
3. Tetapkan batas.
Jika hubungan ini membuatmu lelah, beranilah untuk menarik diri dan menjaga jarak.
4. Fokus pada diri sendiri.
Alihkan energi untuk memperkuat hubungan dengan diri sendiri — lewat hobi, teman, atau kegiatan positif lainnya.
Situationship mungkin terasa ringan di awal, tapi bisa menjadi jebakan emosional jika dibiarkan tanpa kejelasan. Tidak salah untuk menikmati hubungan yang santai, asalkan kamu tahu batasnya dan tidak mengorbankan ketenangan batin.
Pada akhirnya, setiap hubungan yang sehat tetap berakar pada kejujuran, komunikasi, dan rasa saling menghargai. Jika kamu merasa tidak dihargai atau terus dibiarkan menggantung, mungkin sudah waktunya berkata: enough is enough.*
