Sabtu, 25 Oktober 2025
Menu

BGN: Bahan Makanan MBG Harus Habis Hari Itu Juga

Redaksi
Presiden Prabowo Subianto memeriksa kotak Makan Bergizi Gratis (MBG) | Dok. Kemensetneg
Presiden Prabowo Subianto memeriksa kotak Makan Bergizi Gratis (MBG) | Dok. Kemensetneg
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik Sudaryati menegaskan bahwa bahan baku yang digunakan untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak boleh disimpan selama berhari-hari.

Hal ini merespons Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyoroti tentang penyimpanan bahan makanan untuk MBG.

“Bahan baku yang kita gunakan tidak boleh disimpan, itu ada juknisnya. Jadi hari itu juga harus habis,” ungkap Nanik kepada media, Sabtu, 25/10/2025.

Nanik mengungkapkan bahwa prinsip ini berlaku bagi semua jenis bahan makanan tanpa terkecuali. Pihaknya, kata Nanik, juga menerapkan sistem belanja harian. Hal ini bertujuan agar bahan makanan tetap terjaga kesegarannya dan terjamin kualitas gizinya.

“Untuk semua bahan, tidak boleh ada bahan yang disimpan,” tutur dia.

“Jadi belanjanya setiap hari,” lanjut Nanik.

Diketahui, Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan pada BRIN Satriyo Krido Wahono menyoroti banyaknya orang yang merasa bahan makanan MBG pasti aman apabila disimpan dalam lemari es atau freezer.

Ia mencontohkan para petugas yang membeli bahan makanan dalam jumlah besar karena harganya murah. Mereka pun yakin akan keamanan bahan makanan tersebut apabila disimpan di dalam lemari es dalam waktu lama.

Padahal, cara menyimpan makanan yang kurang tepat oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dapat memunculkan bakteri walaupun sudah dalam lemari es.

“Biasanya menggampangkan ‘oke kita dapat barang murah kita simpan di freezer, kalau freezer pasti semuanya baik-baik saja,” tutur Satriyo, Kamis, 23/10.

Satriyo pun menilai bahwa masih banyak SPPG yang belum memiliki pengalaman cukup untuk mengolah makanan dalam jumlah banyak.

“Tidak seperti itu, karena dalam proses freezer pun bisa jadi dia bertumpuk terlalu banyak. Di bagian luar dingin, di dalam panas. Panas dalam artian bakterinya tumbuh, itu yang berbahaya,” jelas dia.

Dengan demikian, menurutnya, diperlukan adanya pelatihan dan pengawasan secara rutin supaya kualitas makanan yang disajikan kepada penerima manfaat tetap aman dan layak untuk dikonsumsi.*