Kamis, 23 Oktober 2025
Menu

Golkar Sebut Serangan ke Bahlil sebagai Framing Negatif yang Kebablasan

Redaksi
Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Idrus Marham di Kawasan Senayan, Jakarta, Kamis, 23/10/2025 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Idrus Marham di Kawasan Senayan, Jakarta, Kamis, 23/10/2025 | Novia Suhari/Forum Keadilan
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Idrus Marham menilai, serangan di media sosial terhadap Ketua Umum Golkar sekaligus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merupakan bentuk framing negatif yang tidak berdasarkan pada fakta.

“Kita melihat bahwa apa yang terjadi selama ini, serangan-serangan kepada Pak Bahlil ini hanya didasarkan pada pernyataan-pernyataan, bukan pada fakta,” katanya, di Kawasan Senayan, Jakarta, Kamis, 23/10/2025.

Menurut Idrus, opini yang dibangun terhadap Bahlil tidak memiliki landasan kuat karena hanya bersumber dari narasi sepihak yang berpotensi menyesatkan publik.

“Kalau kita bicara tentang opini, dasarnya hanya pernyataan yang membentuk trend framing. Tetapi kalau fakta, itu berbeda. Di sini terjadi paradoks antara fakta dan opini. Karena itu, saya yakin rakyat tidak begitu percaya dengan opini-opini semacam itu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Idrus menilai bahwa framing negatif terhadap Bahlil sudah cenderung berlebihan. Ia mengingatkan bahwa kebebasan berpendapat dalam sistem demokrasi Indonesia tidak boleh disalahartikan sebagai kebebasan tanpa batas.

“Kalau bersembunyi di balik demokratisasi, ingat, demokratisasi itu tidak identik dengan kebebasan. Demokrasi harus tetap berlandaskan nilai,” tegasnya.

Idrus menjelaskan bahwa demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila, bukan demokrasi liberal seperti di negara lain. Ia menekankan pentingnya nilai-nilai ketuhanan, persatuan, kemanusiaan, musyawarah, dan keadilan sosial sebagai pilar dalam berdemokrasi.

Idrus juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang menyerang Bahlil dengan alasan demokrasi namun tanpa dasar nilai Pancasila, justru telah melampaui batas.

“Framing negatif terhadap Bung Bahlil Lahadalia itu sudah tidak diinspirasi oleh nilai-nilai Pancasila, dan karena itu saya katakan, itu sudah kebablasan,” pungkasnya.*

Laporan oleh: Novia Suhari