Sabtu, 18 Oktober 2025
Menu

Waspada! Kenali Gejala dan Pencegahan ISPA di Tengah Perubahan Cuaca yang Tak Menentu

Redaksi
Ilustrasi Orang Sakit Memakai Masker | Ist
Ilustrasi Orang Sakit Memakai Masker | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Beberapa waktu terakhir, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) kembali meningkat di berbagai daerah di Indonesia. Fenomena ini bukan tanpa sebab. Polusi udara, perubahan cuaca ekstrem, hingga kabut asap di beberapa wilayah menjadi pemicu utama meningkatnya kasus gangguan pernapasan ini.

Banyak orang mungkin menganggap ISPA sebagai penyakit ringan, namun bila tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini dapat berkembang menjadi masalah serius. Mari mengenal lebih dalam tentang ISPA dan cara mencegahnya agar tubuh tetap sehat di tengah kualitas udara yang memburuk.

Apa Itu ISPA?

ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi yang menyerang sistem pernapasan bagian atas maupun bawah — mulai dari hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri yang menyebar melalui udara, percikan batuk atau bersin, serta kontak langsung dengan penderita.

Beberapa gejala umum ISPA antara lain:

  • Batuk kering atau berdahak
  • Hidung tersumbat atau pilek
  • Sakit tenggorokan
  • Demam ringan hingga tinggi
  • Sesak napas atau dada terasa berat

Pada kasus yang lebih parah, ISPA bisa berkembang menjadi bronkitis, pneumonia, atau bahkan infeksi paru serius, terutama pada anak-anak, lansia, dan individu dengan daya tahan tubuh rendah.

Penyebab ISPA Meningkat di Indonesia

Lonjakan kasus ISPA di Indonesia akhir-akhir ini sangat erat kaitannya dengan kualitas udara yang menurun. Berdasarkan data dari sejumlah daerah, polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor dan aktivitas industri berkontribusi besar terhadap pencemaran yang memicu gangguan pernapasan.

Selain itu, beberapa faktor lain juga berperan, seperti:

  • Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan, terutama di Sumatra dan Kalimantan.
  • Perubahan cuaca ekstrem, di mana udara kering atau lembap berlebihan membuat virus lebih mudah berkembang.
  • Paparan debu dan partikel halus (PM2.5) yang dapat menembus paru-paru dan memicu peradangan.

Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadikan ISPA bukan sekadar masalah kesehatan musiman, melainkan ancaman nyata yang perlu diwaspadai.

Cara Melindungi Diri dari ISPA

Mencegah ISPA sebenarnya bisa dilakukan dengan langkah sederhana, asalkan dilakukan secara konsisten. Berikut beberapa cara yang disarankan oleh tenaga medis:

1. Gunakan masker saat keluar rumah

Pilih masker dengan filtrasi baik, seperti N95 atau KN95, terutama saat kualitas udara sedang buruk.

2. Batasi aktivitas luar ruangan

Jika tidak mendesak, hindari berlama-lama di luar ruangan saat polusi udara tinggi.

3. Perbanyak konsumsi air putih dan buah

Hidrasi yang cukup membantu menjaga kelembapan saluran pernapasan, sedangkan vitamin dari buah memperkuat sistem imun.

4. Pastikan ventilasi rumah baik

Udara segar yang cukup membantu sirkulasi dan mengurangi penumpukan polutan di dalam rumah.

5. Segera periksa ke dokter jika gejala tak kunjung membaik

Jangan anggap remeh batuk atau sesak napas yang berlangsung lama. Penanganan dini bisa mencegah kondisi semakin berat.

Menjaga Kesehatan di Tengah Kualitas Udara Buruk

Di tengah kondisi udara yang tidak menentu, menjaga daya tahan tubuh menjadi kunci utama. Istirahat cukup, pola makan seimbang, olahraga ringan di dalam ruangan, serta menghindari paparan asap rokok dapat membantu tubuh lebih kuat melawan infeksi.

Selain itu, penting juga untuk memantau indeks kualitas udara (AQI) di daerah tempat tinggal melalui aplikasi resmi. Dengan begitu, kamu bisa menentukan waktu aman untuk beraktivitas di luar rumah.

Meningkatnya kasus ISPA menjadi pengingat bahwa udara bersih adalah hak sekaligus tanggung jawab bersama. Menjaga lingkungan tetap sehat dan mengurangi polusi dari sumber pribadi — seperti kendaraan atau pembakaran sampah — bisa jadi langkah kecil namun berdampak besar.

Karena pada akhirnya, paru-paru kita tidak bisa memilih udara yang dihirup, tetapi kita bisa memilih cara untuk menjaganya.*