Gencatan Senjata Israel–Hamas Menguntungkan Gaza

FORUM KEADILAN – Pengamat dan Analis Geopolitik Tengku Zulkifli Usman menilai, perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas secara diplomatik menguntungkan pihak Hamas dan Gaza.
Menurut Tengku, ada sejumlah faktor yang menjadikan gencatan senjata ini dinilai positif bagi Hamas. Salah satunya, pengakuan global terhadap kemampuan kelompok itu bertahan menghadapi agresi Israel yang didukung Amerika Serikat selama dua tahun terakhir.
“Perjanjian ini secara diplomasi menguntungkan Hamas dan Gaza karena menunjukkan kemampuan mereka bertahan dan melawan agresi Israel yang didukung AS,” ujar Tengku kepada Forum Keadilan, Minggu, 12/10/2025.
Selain itu, ia menilai terdapat pergeseran narasi global terkait perjuangan bersenjata di Gaza, yang kini diikuti dengan isolasi diplomatik terhadap Israel di panggung internasional dan media global.
Tengku juga menyebut gencatan senjata ini memberi ruang bagi relevansi kembali perlawanan bersenjata, serta kesepakatan untuk membangun ulang kekuatan militer Hamas dan faksi-faksi lain di Gaza.
“Israel justru mengalami kekalahan secara militer dan semakin terisolasi di media maupun opini publik dunia,” kata dia.
Menurut data intelijen yang dikutip Tengku, sekitar 82 persen korban di Gaza selama dua tahun terakhir adalah warga sipil, bukan anggota militer Hamas.
Tengku menilai, perang dua tahun terakhir telah mengungkap kelemahan strategis Israel. Ia menyebut ribuan tentara Israel tewas dan puluhan ribu lainnya luka, yang menurutnya menjadi sinyal bagi kelompok perlawanan di kawasan bahwa Israel tidak sekuat yang diklaim.
“Perang ini juga membuka mata dunia bahwa Israel menjalankan operasi militer dengan pola pikir genosida, yang menunjukkan tujuan pembersihan etnis Palestina,” ujarnya.
Ia menambahkan, persepsi publik dunia, khususnya di kalangan generasi muda Barat, Amerika Serikat, dan Eropa, kini banyak bergeser.
“Mayoritas generasi baru di Barat kini melihat Israel sebagai entitas pelaku genosida, bukan lagi sebagai korban seperti yang diyakini generasi Baby Boomers,” katanya.
Meski demikian, ia memperkirakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan tetap fokus pada pembebasan tawanan dan berupaya meyakinkan sekutunya di Amerika Serikat agar Hamas dieliminasi.
“Setelah pembebasan tawanan, tidak tertutup kemungkinan Israel akan kembali melakukan agresi di Palestina,” kata Tengku.
Lebih lanjut, Tengku memperingatkan bahwa Israel kemungkinan akan mencari cara untuk melanjutkan perang di masa depan.
“Israel akan mencoba melanjutkan perang dengan taktik dan rekayasa baru. Ini perlu diwaspadai,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran negara-negara penengah seperti Qatar, Turki, dan Mesir untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian tersebut agar tidak dilanggar.*
Laporan oleh: Muhammad Reza