Selasa, 14 Oktober 2025
Menu

Dirgahayu TNI Tentara Rakyat

Redaksi
Presiden Prabowo Subianto tiba di Monas untuk menjadi inspektur upacara HUT ke-80 TNI di Monas. | Dok. Puspen TNI
Presiden Prabowo Subianto tiba di Monas untuk menjadi inspektur upacara HUT ke-80 TNI di Monas. | Dok. Puspen TNI
Bagikan:

Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra

Pemerhati Intelijen

 

FORUM KEADILAN – Orde reformasi sebagai implementasi dari tatanan baru kehidupan berbangsa bernegara, mengedepankan supremasi sipil dan nilai demokrasi sebagai ujung tombak. Pada kenyataannya, supremasi sipil sebagai jargon reformasi baru sebatas pada upaya pengambilalihan kekuasaan militer kepada kekuasaan sipil dan ajang balas dendam untuk memasung peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai pilar utama penyanggah kedaulatan negara.

Dengan dalih demokrasi dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), TNI terus menerus digerus dan dicabut dari akar sejarahnya sebagai tentara yang lahir dari rakyat. Reformasi telah dikemas jadi ajang propaganda sindrom TNI di kalangan masyarakat sipil yang dituduh sebagai predator terhadap tumbuhnya demokrasi. Padahal, prasarat kuatnya pondasi demokrasi harus disertai dengan kuatnya militer sebagai salah satu pilar penyanggah kedaulatan negara.

Potret reformasi yang telah berlangsung selama 27 tahun, ternyata hanya menyajikan konfigurasi kehidupan politik nasional, diwarnai konflik politik di antara kekuatan politik sipil, saling cakar untuk memonopoli sumber-sumber ekonomi dan jabatan strategis, tanpa memberi ruang bagi partisipasi dan kepentingan rakyat kecil yang selama ini selalu menjadi objek dari pembangunan.

Demokrasi sebagai pilar utama reformasi, justru telah retak akibat maraknya prilaku politik sipil yang inkonstitusional, dengan modus penggunaan hukum demi mengamankan kekuasaan, maraknya praktik politik dinasti dan politik sandera. Reformasi yang kebablasan telah memberi dampak munculnya ancaman potensial terbelahnya bangsa ini, akibat perilaku politik sipil yang kerap mengedepankan ego sektoral dan kepentingan partai politik.

Pada HUT TNI ke-80, reformasi TNI harus tetap berjalan on the track. TNI dituntut mampu menunjukan jati dirinya sebagai tantara rakyat. Melalui kerja nyata, TNI harus selalu berada di tengah-tengah rakyat untuk bersama-sama mengatasi kesulitan rakyat.

TNI memiliki kewajiban menyiapkan rakyat sebagai kekuatan pendukung dalam konsep Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Oleh sebab itu, pembangunan kekuatan TNI perlu dititikberatkan pada pembangunan kekuatan satuan terdepan yang selalu berada di tengah-tengah masyarakat, yaitu pembangunan satuan Koramil diperkuat oleh pelibatan bintara TNI Angkatan Darat (AD) yang memiliki kualifikasi bintara kesehatan, peralatan, zeni konstruksi, olahraga dan guru militer.

Personel Koramil perlu dibekali kemampuan berkomunikasi melalui pembekalan penataran komunikasi, sehingga setiap personel Koramil mampu berkomunikasi dengan pendekatan 7C yaitu jelas, ringkas, konkret, benar, koheren, lengkap, dan sopan.

Koramil sebagai etalase TNI AD, tidak lagi sebagai satuan yang terdiri dari prajurit menanti masa pensiun, tapi nantinya mampu tampil menjadi potret diri TNI sebagai tantara rakyat, dengan kemampuan reaksi cepat untuk mengatasi kesulitan rakyat.*