Selasa, 30 September 2025
Menu

1.200 Ton Beras Bulog di Malut Tidak Layak Konsumsi, Bapanas Buka Suara

Redaksi
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi | Dok Bapanas
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi | Dok Bapanas
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, buka suara mengenai temuan Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mengenai 1.200 ton beras Perum Bulog di Maluku Utara (Malut) yang dinilai tidak layak konsumsi.

Pada awalnya Arief memastikan bantuan pangan dari Bulog yang disalurkan ke masyarakat tetap dalam kondisi baik sehingga publik tidak perlu khawatir mengenai kualitas beras.

“Pokoknya prinsip yang pertama semua bantuan pangan yang sudah ditugaskan ke Bulog ini bulan Oktober-November harus dalam kondisi yang bagus, yang baik. Jadi, walaupun di gudang satu, dua ada yang memang harus di-reprocess atau di-QC, sampai dengan ke konsumen harus kondisi baik,” ujar Arief di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Senin, 29/9/2025.

Mengenai temuan 1.200 ton beras Bulog di Maluku Utara, Arief pun menegaskan kualitas beras tetap dapat dijaga melalui proses perawatan dan pengolahan ulang.

“Kalau saya ya, saya nomor satu adalah beras itu kondisinya harus bagus. Di Bulog itu ada namanya perawatan, ada juga namanya reprocessing. Biasanya disimpan berapa lama, itu kan karena dibanting ada yang pecah, itu juga biasanya bisa di-blower. Kalau tadi difumigasi, fumigasi itu artinya tetap food grade tetapi kutunya tidak bisa,” jelasnya.

Arief memastikan bahwa Bulog diminta untuk bertanggung jawab secara berjenjang, mulai dari pimpinan wilayah, cabang, hingga kepala gudang, agar pengawasan lebih ketat.

Menurutnya, menjaga kualitas beras harus dilakukan sejak panen dengan standar kadar air 14 persen hingga penyimpangan di gudang dan menegaskan standar itu tidak boleh dikompromikan.

“Kalau disebutkan kadar air 14 persen, ya 14 persen. Enggak bisa, yang namanya standar adalah standar kalau mau baik,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa stok Bulog harus tetap didistribusikan agar tidak menumpuk dan menurun kualitasnya.

“Dari awal tahun sampai akhir tahun itu 1,5 juta ton harus keluar. Ini masih ada 1 juta ton yang harus dikeluarkan. Jadi ini harus di-refresh stock-nya juga,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Titiek Soeharto menemukan sekitar 1.200 ton beras turun kualitas saat melakukan inspeksi di gudang Bulog Tabahawa, Maluku Utara. Beras lokal itu tersimpan sejak Mei 2024 dan sebagian berubah warna menjadi abu-abu.

“Kalau disalurkan begini jelas tidak layak. Masyarakat harus makan beras yang sehat dan aman,” kata Titiek.

Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, membenarkan adanya penurunan kualitas sebagian stok dan memastikan beras itu sedang diproses ulang agar layak konsumsi.

Dari total stok nasional 3,9 juta ton, Bulog mengatakan hanya kurang dari 0,1 persen yang perlu direproses.

Bulog sendiri diketahui mempunyai prosedur pemeliharaan stok melalui Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT), termasuk fumigasi, spraying, monitoring harian, hingga pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan terakhir pada Agustus 2025 menunjukkan beras Bulog masih memenuhi persyaratan kualitas.*