Sabtu, 27 September 2025
Menu

Menkeu Purbaya Ungkap Sudah Punya Rencana Menyoal Cukai Rokok

Redaksi
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 10/9/2025| BPMI Setpres/Rusman
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 10/9/2025| BPMI Setpres/Rusman
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa,  merespons mengenai potensi penurunan tarif cukai rokok di 2026.

Purbaya menjelaskan bahwa keputusan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengenai cukai rokok sudah ada di kepalanya. Namun, Purbaya ingin menemui dulu dengan sejumlah asosiasi terkait di industri rokok dan tembakau.

“Ada di kepala saya, Anda mau minta bocoran? Jangan, nanti saya biar ketemu dengan mereka dulu (asosiasi rokok),” jelas Purbaya selepas Rapat Paripurna di DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa, 23/9/2025.

Purbaya mengatakan bahwa pertemuan itu diagendakan berlangsung dalam 1 hari atau 2 hari ke depan. Ia pun akan memastikan besok akan memulainya dengan pembicaraan melalui telepon.

Purbaya tak merinci pasti asosiasi mana yang akan ditemui. Namun, dirinya menegaskan pemerintah akan melindungi industri rokok domestik.

“Pendapatan cukai itu enggak harus tarifnya naik. Saya mau ketemu asosiasi rokok, seperti apa langkah yang terbaik untuk cukai rokok ini. Yang penting adalah kita ingin menjaga, jangan sampai saya mematikan industri rokok domestik, sementara industri rokok di Cina hidup gara-gara mereka suplai kita (rokok ilegal),” jelasnya.

Target kepabeanan dan cukai naik pada tahun depan. Terdapat kenaikan Rp1,7 triliun menjadi RP336 triliun pada RUU APBN 2026 yang baru saja resmi disahkan menjadi Undang-Undang di Paripurna DPR RI.

Namun, Purbaya menunjukkan sikap menentang kebijakan tarif tinggi. Ia menjelaskan bahwa industri rokok tidak boleh dibunuh. Terutama, pemerintah belum punya program untuk menyerap para pengangguran korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

Purbaya memahami bahwa tarif cukai di Indonesia sengaja dibuat tinggi untuk menekan jumlah perokok. Walaupun demikian, menurutnya, saat ini tarif itu sudah tergolong tinggi.*