Menkeu Purbaya Ungkap Gaya Bicara Koboi Saat Jabat LPS: Sekarang Enggak Boleh, Baru Merasakan Dampaknya

Saat pemaparan awal menyoal rencana kerja dan pagu anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tahun 2026, Purbaya berbagai pengalaman pertamanya usai resmi dilantik sebagai Menkeu.
Ia mengatakan mengenai perbedaan gaya komunikasinya saat masih memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan peran barunya di Kemenkeu.
Purbaya mengakui bahwa saat menjabat Ketua LPS dirinya lebih bebas dalam menyampaikan pendapat. Tetapi, saat ini sebagai Menkeu dirinya harus lebih berhati-hati setiap kali memberikan pernyataan.
“Ini kunjungan saya yang pertama (ke DPR) sebagai menteri keuangan, biasanya sebagai ketua LPS. Kalau waktu ketua LPS katanya saya ngomongnya agak koboi, sekarang enggak boleh. Saya baru merasakan dampaknya, rupanya beda,” ujar Purbaya.
Oleh karena demikian, pemaparannya di hadapan anggota Komisi XI DPR, Purbaya mengacu pada materi yang sudah disiapkan stafnya.
“Jadi sekarang saya akan stick ke pidato yang sudah disiapkan staff saya di sini. Jadi, enggak ada session bebas lagi,” katanya.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Mohamad Hekal pun mengatakan bahwa Purbaya Yudhi Sadewa masih boleh bergaya koboi, walaupun sekarang berstatus Menteri Keuangan (Menkeu).
“Pak menteri, boleh koboi, tapi ada isinya,” ucap Hekal kepada Purbaya.
“Siap, siap. Terima kasih, pak,” jawabnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai bahwa gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang digaungkan dalam sejumlah aksi demonstrasi pada akhir Agustus 2025 bukan sebagai representasi keseluruhan masyarakat.
Menurut Purbaya, aspirasi itu hanya datang dari sebagian kecil warga yang merasa belum puas dengan kondisi ekonomi saat ini.
“Itu kan suara sebagian kecil rakyat kita. Kenapa? Mungkin sebagian ngerasa keganggu, hidupnya masih kurang,” ujar Purbaya saat konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 8/9/2025.
Purbaya mengaku optimis gelombang protes masyarakat akan mereda seiring dengan perbaikan perekonomian nasional. Ia pun berkomitmen bekerja keras sebagai Menkeu baru untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat.
Walaupun demikian, Purbaya menekankan target pertumbuhan tinggi sebesar 8 persen seperti dimaklumatkan oleh Presiden Prabowo Subianto tidak dapat tercapai dengan sekejap.
“Once saya ciptakan pertumbuhan ekonomi 6 persen, 7 persen itu akan hilang dengan otomatis. Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” sambungnya.
Tak lama, Purbaya Yudhi Sadewa yang baru dilantik usai menyebut tuntutan 17+8 adalah suara sebagian kecil rakyat.
Purbaya pun memberikan penjelasan soal ucapannya tersebut.
“Bukan sebagian kecil. Maksudnya begini, ketika ekonomi agak tertekan, banyak kan masyarakat yang merasa susah, bukan sebagian kecil ya. Mungkin sebagian besar kalau sudah sampai turun ke jalan,” ujar Purbaya di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa, 9/9/2025.
Kemudian, ia meminta maaf atas ucapannya dan berjanji pemerintah akan memulihkan kondisi ekonomi, salah satunya melalui memperbanyak lapangan kerja.
“Jadi kuncinya di situ. Berapa cepat kita bisa memulihkan ekonomi sehingga lapangan kerja ada banyak. Itu yang kita kejar nanti ke depan. Jadi itu maksudnya saya kemarin. Kalau kemarin salah ngomong, saya minta maaf,” tuturnya.
Ia mengaku kaget pernyataannya viral dan menyebut bahwa hal tersebut akan menjadi pembelajaran.
“Kaget juga. Tapi kan ini proses edukasi ke publik. Ya nggak apa-apa. Saya juga sama. Kalau saya salah, saya perbaiki. Tapi yang jelas maksud saya seperti itu. Bukan bilang, ‘oh biar aja atau itu yang susah aja’. Nggak,” sambungnya.
“Ada sesuatu yang bisa diperbaiki yang membuat mereka nanti lebih mudah mencari kerjaan. Bukan mereka ya. Semuanya, masyarakat, bisa sejahtera bersama. Itu tujuannya utamanya sebetulnya,” pungkasnya.*