Rabu, 20 Agustus 2025
Menu

Fenomena Latte Dad, Tren Ayah Modern yang Bikin Hidup Lebih Seimbang

Redaksi
Ilustrasi Ayah dan Bayi | Ist
Ilustrasi Ayah dan Bayi | Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Beberapa tahun terakhir, istilah latte dad semakin sering muncul di media sosial dan percakapan sehari-hari, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang sudah memasuki fase menjadi orang tua.

Jika sebelumnya publik lebih mengenal istilah latte mom, kini giliran para ayah yang mendapat sorotan lewat sebutan ini. Namun, sebenarnya apa arti latte dad dan mengapa fenomena ini banyak dibicarakan?

Apa Itu Latte Dad?

Secara sederhana, latte dad merujuk pada sosok ayah modern yang gemar menghabiskan waktu bersama anaknya di ruang publik dengan gaya santai hingga sering kali terlihat sedang menyeruput kopi, khususnya latte, sambil menemani si kecil.

Gambaran ini menjadi simbol gaya hidup baru yang lebih menekankan pada keseimbangan peran ayah: tidak hanya fokus pada pekerjaan dan pencari nafkah, tetapi juga aktif dalam pengasuhan dan menikmati momen kecil sehari-hari bersama keluarga.

Fenomena ini disebut sebagai bagian dari pergeseran budaya. Jika dulu ayah identik dengan figur yang sibuk di kantor dan jarang terlibat langsung dalam urusan domestik, kini banyak ayah memilih untuk terlibat penuh, bahkan menjadikan pengasuhan sebagai gaya hidup yang patut dibanggakan.

Asal Usul Istilah Latte Dad

Istilah ini pertama kali populer di Inggris dan Amerika Serikat, seiring dengan meningkatnya jumlah ayah yang terlihat membawa stroller, bermain di taman, atau nongkrong di kafe bersama anak mereka.

Kata latte diambil dari kebiasaan ayah modern yang sering terlihat menikmati kopi susu kekinian sambil tetap menjalani peran sebagai orang tua. Dari situlah lahir istilah latte dad—sebuah simbol gaya hidup santai namun bertanggung jawab.

Mengapa Fenomena Ini Ramai Dibicarakan?

Ada beberapa faktor yang membuat latte dad menjadi tren dan perbincangan menarik:

1. Pergeseran Peran Gender

Peran ayah dalam rumah tangga tidak lagi terbatas sebagai pencari nafkah. Masyarakat modern menilai pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan agar anak mendapatkan dukungan emosional yang lebih lengkap.

2. Lifestyle Media Sosial

Foto ayah yang menggendong bayi sambil menyeruput kopi, bermain di taman, atau bekerja dari kafe sambil menjaga anak sering kali viral di Instagram atau TikTok. Hal ini memperkuat citra bahwa latte dad adalah simbol “ayah keren” yang dekat dengan keluarga.

3. Keseimbangan Hidup

Di era kerja fleksibel dan remote working, banyak ayah memilih untuk tidak lagi menjadikan pekerjaan sebagai satu-satunya identitas. Mereka ingin tetap produktif tanpa mengorbankan waktu berharga bersama anak.

4. Fenomena Ekonomi dan Sosial

Kehadiran latte dad juga merepresentasikan kelompok sosial-ekonomi tertentu—umumnya kelas menengah perkotaan yang punya akses ke kafe, gaya hidup modern, dan waktu fleksibel.

Dampak Positif Kehadiran Latte Dad

Fenomena ini tidak sekadar tren, melainkan memberi dampak nyata bagi keluarga maupun masyarakat:

– Anak tumbuh lebih dekat dengan ayah, baik secara emosional maupun psikologis.
– Mengurangi beban pengasuhan ibu, sehingga tercipta keseimbangan dalam rumah tangga.
– Mengubah stereotip lama tentang ayah, dari yang kaku dan hanya fokus bekerja, menjadi figur hangat dan terlibat.
– Menjadi role model bagi generasi berikutnya, bahwa ayah juga bisa menjalani hidup dengan gaya santai, penuh cinta, dan tetap bertanggung jawab.

Meski terdengar positif, istilah latte dad juga tidak lepas dari kritik. Beberapa kalangan menilai bahwa glorifikasi terhadap ayah yang sekadar melakukan hal dasar dalam pengasuhan seakan berlebihan, mengingat hal serupa sudah lama dilakukan oleh para ibu tanpa mendapat label khusus.

Namun, bagi sebagian orang, istilah ini tetap penting sebagai simbol perubahan sosial menuju kesetaraan peran dalam keluarga.

Fenomena latte dad bukan sekadar gaya hidup atau tren media sosial, melainkan representasi dari perubahan cara pandang masyarakat terhadap peran ayah di era modern. Kini, ayah bukan hanya sosok yang bekerja keras di luar rumah, tetapi juga hadir di setiap momen kecil anaknya—baik sambil menyeruput latte di kafe, bermain di taman, maupun sekadar menemani tidur siang.

Tren ini menunjukkan bahwa menjadi orang tua bukanlah tugas satu pihak saja, melainkan perjalanan bersama yang bisa dijalani dengan penuh kesadaran, cinta.*

Laporan oleh: Michelle Angella