Tren Overconsumption dan Deinfluencing, Kenali dan Apa Dampak Bagi Finansial Pribadi

FORUM KEADILAN – Dalam era digital yang berkembang pesat dan semakin konsumtif, istilah overconsumption dan deinfluencing menjadi semakin relevan, terutama karena keduanya berkaitan erat dengan dampak pengelolaan keuangan pribadi.
Kebiasaan berbelanja, baik secara langsung maupun melalui platform E-commerce, telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia.
Sehingga muncul lah istilah baru yang memberikan dampak signifikan pada finansial pribadi, yaitu overconsumption dan deinfluencing yang memiliki makna yang bertolak belakang.
Overconsumption merujuk pada kebiasaan konsumsi berlebihan yang melebihi kebutuhan dasar seseorang. Pola ini seringkali dipengaruhi oleh gaya hidup, tekanan sosial, atau pengaruh media dan iklan, yang kerap dikenal dengan kata FOMO (Fear of Missing Out).
Akibatnya, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada finansial pribadi, seperti meningkatnya pengeluaran, bertambahnya utang, hingga berkurangnya kemampuan untuk menabung atau berinvestasi.
Sebaliknya, deinfluencing adalah gerakan yang muncul untuk melawan budaya konsumsi berlebih. Gerakan ini mengajak individu untuk lebih selektif dalam membeli barang dengan mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya, bukan sekadar mengikuti tren atau rekomendasi influencer.
Melalui deinfluencing, justru masyarakat diajak untuk lebih sadar akan pengaruh iklan, sehingga keputusan membeli didasarkan pada kebutuhan nyata, bukan dorongan impulsif.
Sehingga, jika menerapkan prinsip deinfluencing dapat memberikan berbagai manfaat positif bagi keuangan pribadi, seperti:
1. Mengurangi Pengeluaran Impulsif
Menunda pembelian dan memprioritaskan kebutuhan, seseorang dapat menghemat lebih banyak uang.
2. Meningkatkan Kesadaran Finansial
Individu menjadi lebih terkontrol dalam mengelola anggaran dan pengeluaran.
3. Meningkatkan Tabungan dan Investasi
Dengan mengurangi pembelian barang yang tidak perlu, lebih banyak dana dapat dialokasikan untuk tabungan atau investasi.
4. Mengurangi Stres Keuangan
Menghindari kebiasaan konsumsi berlebihan dapat membantu mencegah penumpukan utang dan menciptakan stabilitas finansial.
overconsumption dan deinfluencing mencerminkan dua sisi budaya konsumsi modern. Sementara, overconsumption berpotensi merugikan keuangan pribadi, sedangkan deinfluencing menawarkan solusi untuk menjalani hidup yang lebih hemat, sederhana, dan bijak.
Nah, maka dari pada itu mulailah refleksi kebiasaan konsumsi, apakah barang yang ingin dibeli benar-benar diperlukan, atau hanya godaan sesaat karena tren?
Demikian, dengan memahami kedua konsep ini, dapat mengelola pengeluaran dengan lebih baik dan membangun masa depan finansial yang lebih sehat.*
Laporan Zahra Ainaiya