Bang Doel Blusukan ke Pasar Lenteng Agung di Hari Pertama Kampanye, Dengar Keluhan Parkir Mahal

FORUM KEADILAN – Calon Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 3 Rano Karno alias Bang Doel memulai hari pertama kampanyenya Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 dengan blusukan ke Pasar Tradisional Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu, 25/9/2024.
Dengan mengenakan kemeja koko putih dan peci hitam, Bang Doel tiba di Pasar Tradisional Lenteng Agung sekitar pukul 08.30 WIB. Setibanya, ia langsung dikerumuni pedagang dan pengunjung yang ingin berswafoto.
Dalam kunjungannya, Bang Doel mendengar keluhan para pedagang terkait mahalnya biaya parkir di pasar tersebut.
“Tadi ada amanah lah, di sini parkir mahal, kemudian daya tampungnya kita lihat kan kecil,” ujar Bang Doel saat ditemui di Pasar Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu.
Menurut Bang Doel, dahulu bangunan Pasar Lenteng Agung tergolong besar dan memiliki lahan parkir yang luas. Namun, seiring perkembangan Jakarta dan bertambahnya penduduk, kapasitas pasar menjadi terbatas.
Pasar ini juga merupakan satu-satunya pasar tradisional di wilayah Jagakarsa yang padat penduduk.
“(Pasar Lenteng Agung) Dulu besar ini, cuma kan begitu sudah Jakarta berkembang masyarakat jadi banyak ya menjadi kecil kan,” jelasnya.
Selain itu, beberapa pedagang juga mengeluhkan sepinya pengunjung pasar.
Bang Doel menambahkan bahwa karena pasar ini dikelola oleh PD Perumda Pasar Jaya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut harus bertanggung jawab atas permasalahan yang ada. Ia menekankan pentingnya BUMD mendengar dan mencari solusi bagi keluhan pedagang.
Jika terpilih bersama Pramono Anung dalam Pilgub Jakarta 2024, Bang Doel berjanji akan mengevaluasi kondisi pasar dan berencana melakukan revitalisasi, bahkan membangun pasar tradisional baru.
“Kalau memang saya mungkin di balai kota, tentu ini akan kita evaluasi,” pungkas pemeran Si Doel Anak Sekolahan itu.
Kedatangan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini sempat menyebabkan kemacetan di sekitar pasar, terutama karena banyaknya angkutan perkotaan (angkot) yang ‘ngetem’ atau menunggu penumpang di jalan utama menuju pasar.*
Laporan Ali Mansur