Saksi Ungkap Produksi Timah Sempat Turun: Bukan Rahasia Umum Lagi

FORUM KEADILAN – Kepala Bagian Unit Produksi Belitung PT Timah Ali Samsuri mengatakan bahwa dirinya membenarkan adanya informasi penurunan produksi PT Timah. Penurunan produksi tersebut terpantau sudah terjadi dari tahun 2015 silam.
“Tahun 2015 pernah dengar jumlah produksi turun. Bukan jadi rahasia umum lagi,” kata Ali di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat (Jakpus), Rabu, 11/9/2024.
Ali menjelaskan, PT Timah sendiri memiliki Izin Usaha Penambangan (IUP) paling dominan di Bangka Belitung. Besarnya IUP itu mengantongi pendapatan kotor hingga hampir Rp450 miliar.
Namun, perusahaan pelat merah itu malah ‘ditodong’ dengan banyaknya penambang ilegal dan para kompetitor swasta sekitar IUP-nya.
“PT Timah punya IUP dominan kalah oleh kompetitor swasta. Memang kita di lapangan ada terjadi disparitas harga. PT Timah kalah dari segi pembelian bijih timah. Maksudnya kompetitor membeli lebih tinggi,” lanjutnya.
Menanggulangi penurunan produksi itu, PT Timah melakukan beberapa kebijakan, salah satunya kerja sama smelter. Meskipun begitu, emiten BUMN pertambangan itu mengalami penurunan produksi kembali di tahun 2023.
Berdasarkan data yang dirilis PT Timah, lambatnya pemulihan ekonomi global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia 2023 akibat penguatan mata uang AS berdampak menurunnya ekspor timah Indonesia.
“Penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseorangan,” jelas Ali.
Rugi bersih PT Timah tercatat sebesar Rp449,69 miliar pada 2023, dibandingkan periode 2022 yang mencatatkan laba sebesar Rp1,04 triliun.
Pendapatan TINS juga terpantau ambles 32,88 persen secara year-on-year (YoY) menjadi Rp8,39 triliun, dibanding periode 2022 sebesar Rp12,5 triliun.
Secara terperinci berdasarkan segmen, pendapatan jumbo TINS ditopang dari pertambangan timah sebesar Rp8,36 triliun, disusul pertambangan batu bara sebesar Rp1,05 triliun, dan segmen industri sebesar Rp962,22 miliar.*
Laporan Merinda Faradianti