Sabtu, 05 Juli 2025
Menu

Komisi I DPR RI Kutuk Keras Insiden Penembakan Trump

Redaksi
Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak di tengah kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu, 14/7/2024, pagi waktu Indonesia Barat (WIB). | Dok Ist
Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak di tengah kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu, 14/7/2024, pagi waktu Indonesia Barat (WIB). | Dok Ist
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengutuk keras peristiwa penembakan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump ketika sedang berkampanye di Pennsylvania.

Meutya mengatakan bahwa tidak ada ruang untuk melakukan kekerasan politik dan menegaskan, kekerasan yang mengancam demokrasi harus dilawan.

“Saya mengecam dan mengutuk keras kejadian penembakan mantan Presiden AS serta Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump,” tegas Meutya dalam keterangannya, Minggu (14/7/2024).

“Kekerasan politik dalam bentuk apapun tidak memiliki tempat di masyarakat kita. Kita harus berani melawan segala bentuk kekerasan yang mengancam demokrasi,” sambungnya.

Menurutnya, insiden penembakan Trump saat ini menjadi sebuah momen bagi semua pihak untuk menghormati demokrasi dan perbedaan pendapat.

Ia pun memberikan doa kepada Trump dan masyarakat lain yang terdampak penembakan segera pulih.

“Kami turut berbelasungkawa dan menyampaikan rasa duka mendalam terhadap para korban, dan berharap Donald Trump serta korban lainnya segera pulih,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak di tengah kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu sore waktu setempat atau Minggu, 14/7/2024, pagi waktu Indonesia Barat (WIB).

Pada saat itu, Trump yang berdiri di belakang podium di bawah langit cerah tengah berpidato tentang imigran.

Berdasarkan Fox News, Minggu, Trump baru saja memulai membakar semangat massa melalui pidatonya. Tetapi, selang enam menit ia berpidato, sekitar pukul 17.37 waktu setempat, tiba-tiba terdengar suara rentetan suara “pops” yang terdengar seperti tembakan.

“Lalu presiden terburuk dalam sejarah negara kita mengambil alih, dan lihat apa yang terjadi pada negara kita. Mungkin 20 juta orang (datang secara ilegal). Dan, Anda tahu, itu agak lama, bagan itu, bagan itu berumur beberapa bulan,” jelas Trump.

“Dan jika Anda ingin benar-benar melihat sesuatu yang menyedihkan, lihatlah apa yang terjadi… ,” ucap Trump terhenti akibat suara tembakan terdengar.

Trump langsung memegang telinga kanan yang sudah berdarah, lalu menjatuhkan diri ke lantai di belakang podium. Penonton pun berteriak, sedangkan mereka yang berada di bangku belakang Trump segera ikut berjongkok.*