Kunjungan Prabowo ke NasDem, Perkuat Koalisi atau Gembosi Gugatan AMIN di MK?

FORUM KEADILAN – Kunjungan Presiden terpilih, Prabowo Subianto ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) NasDem yang langsung disambut oleh Surya Paloh dianggap punya maksud terselubung.
Prabowo dianggap akan menggembosi upaya pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang menggugat hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Namun Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, anggapan tersebut tidaklah tepat. Menurut dia, gugatan AMIN ke MK merupakan hak konstitusional bagi setiap paslon dan diatur dalam Undang-Undang. Sedangkan kunjungan Prabowo yang disambut oleh NasDem merupakan hak partai.
“Gugatan ke MK juga silahkan, itu hak konstitusional bagi yang kalah, katakanlah berjuang untuk mencari keadilan, kan ini belum tahu apakah ada kecurangan atau tidak ini baru dugaan dan ini harus dibuktikan oleh kubu yang kalah,” kata Ujang kepada Forum Keadilan, Sabtu, 23/3/2024.
Meski begitu, Ujang tidak menampik bahwa kunjungan Prabowo tersebut selain untuk mengucapkan terima kasih, juga mengajak NasDem agar masuk ke Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Menurut Ujang, ajakan tersebut dilakukan untuk memperkuat KIM, baik di kabinet maupun di parlemen. Tentu, Prabowo atau pemerintah akan kesulitan apabila tidak memiliki kekuatan yang dominan terlebih dalam ruang lingkup legislatif.
Kata ujang, suara partai pengusung Prabowo yang lolos ke parlemen, mulai dari Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat apabila dikonversi ke dalam bentuk kursi, maka tak sampai 50 persen kursi parlemen yang didapatkan.
“Makanya perlu support, perlu dukungan, perlu mengajak, perlu merangkul pihak yang kalah salah satunya Nasdem itu,” ungkapnya.
Oleh sebab itu lanjut Ujang, ajakan Prabowo terhadap NasDem merupakan suatu keniscayaan dan keharusan sehingga pemerintahannya kuat dan stabil.
“Karena kalau kekuatan Prabowo koalisinya lemah sedikit, tidak dominan ya akan kalah pada partai oposisi,” ucapnya.
Bak gayung bersambut, NasDem dinilai sudah ada kecenderungan untuk menerima tawaran Prabowo. Menurut Ujang, indikasi NasDem akan masuk ke KIM sudah terlihat sejak lama, terlebih setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu, 18/2/2024 lalu.
Keesokan harinya, Senin, 19 Februari 2024, Jokowi mengungkapkan bahwa pertemuan antara dirinya dengan Paloh akan memberikan manfaat bagi perpolitikan di Indonesia. Jokowi juga secara gamblang mengatakan bahwa dirinya akan menjadi jembatan bagi partai politik.
Indikasi berikutnya kata Ujang, terlihat saat Sidang Paripurna DPR RI pada Selasa, 5 Maret 2024, di mana NasDem tak melakukan interupsi untuk menyuarakan hak angket. Sedangkan dua partai pengusung AMIN lainnya, PKS dan PKB secara lantang menyuarakannya.
Diamnya NasDem dalam sidang tersebut menurut Ujang, menandakan bahwa NasDem belum punya sikap yang jelas terkait hak angket.
“Lalu tanggal 20 Maret kemarin, Pak Surya Paloh dengan NasDem menerima hasil pemilu dan mengucapkan selamat bagi kemenangan Prabowo-Gibran, itu juga indikasi-indikasi masuk pemerintahan,” tuturnya.
Kemudian indikasi terakhir, bertemunya Prabowo dengan Paloh di NasDem Tower. Dalam kesempatan itu Prabowo secara gamblang mengungkapkan bahwa dirinya selalu mengajak NasDem untuk bergabung.
Menurut Ujang, apakah NasDem akan tergiur untuk berada di barisan koalisi Prabowo atau tetap berada di oposisi, pilihan tersebut merupakan pilihan politik. Namun, dia haqqul yaqin bahwa NasDem akan bersama Prabowo.
“Tetapi saya melihat NasDem kelihatannya akan sama-sama dengan Prabowo-Gibran di pemerintahan, tinggal nanti proper sharingnya, kursi menterinya berapa, kan begitu dan komitmennya apa ke depan dengan Prabowo,” jelasnya.
Di sisi lain, NasDem juga dianggap pilih kasih terhadap Prabowo dan Anies saat berkunjung ke NasDem Tower. Kedatangan Prabowo mendapat sambutan hangat dari Paloh dan disediakan karpet merah untuk Prabowo.
Sedangkan Anies, kedatangannya tak disambut dengan meriah, karpet merah yang semula terhampar sudah tidak ada lagi saat Anies tiba.
Anies seakan dijadikan sebagai anak tiri oleh Paloh, hal itu setelah sikap NasDem menerima hasil pemilu dan langsung mengucapkan selamat atas kemenangan Prabowo.
Bagi Ujang, sikap NasDem tersebut tidak bisa dikatakan menganaktirikan Anies, tapi justru ada kepentingan lebih besar lainnya yang membuat sikap NasDem bersikap demikian.
“Kalau saya melihatnya Nasdem melihat kepentingan yang lebih besar, kepentingan persatuan, kepentingan partai yang lebih besar, kepentingan untuk masuk pemerintahan,” paparnya.
Menurut dia, setelah pemilu usai, maka partai politik kembali kepada asalnya yang memiliki kepentingan masing-masing, ada yang langsung ingin merapat ke pemerintah, ada yang mengajukan hak angket terlebih dahulu tapi kemudian turut bergabung ke pemerintahan.
“Kalau soal perbedaan perlakuan, saya rasa NasDem punya kesan sendiri terhadap Anies dan NasDem juga punya jalan sendiri dengan Prabowo-Gibran kan begitu,” pungkasnya.*
Laporan M. Hafid