PDIP Akui Demokrat Versi Ketum AHY?

FORUM KEADILAN – Puncak peringatan Bulan Bung Karno (BBK) di Gelora Bung Karno, Sabtu 24/6/2023 yang digelar megah dengan dihadiri Presiden Joko Widodo, Wapres Ma’ruf Amin, dan bakal calon presiden Ganjar Pranowo menyisakan tanya.
Sedianya, selain peringatan bulan Bung Karno, kegiatan ini sekaligus menunjukkan kesolidan memenangkan Ganjar Pranowo sebagai presiden terpilih periode 2024-2029 mendatang. Unjuk gigi itu dipertontonkan PDIP dengan kehadiran Plt Ketum PPP Muhammad Mardiono dan Ketum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai pimpinan partai politik pendukung Ganjar Pranowo.
Meski tak bergabung dalam koalisi pendukung Ganjar Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PAN Zulkifli Hasan, dan Waketum PKB Jazilul Fawaid terlihat juga hadir di lokasi. Dalam sambutannya, Megawati lantas menyebut adanya tiga parpol yang tengah menimbang untuk bersama-sama mendukung Ganjar sebagai Capres,
Sepekan sebelum kegiatan akbar tersebut, PDIP mengesankan adanya hubungan harmonis dengan Demokrat. Terlebih petinggi PDIP memberi sinyal bukan tidak mungkin Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan diundang dalam kegiatan yang disebut akan turut menghadirkan bakal calon wakil presiden (Bacawapres) pendamping Ganjar.
Namun hingga perhelatan usai, AHY sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Absennya AHY dalam kegiatan itu dikonfirmasi Sekretaris Jenderal PDIP Hasti Kristiyanto. Menurutnya PDIP memang sengaja tak mengundang AHY untuk menjaga etika dalam dunia politik.
Alasannya kata Hasto tak lain karena Demokrat bersama Partai NasDem dam Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024.
Hasto meyakinkan hal itu telah dikomunikasikan dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya. Kendati tak diundang, ia memastikan komunikasi dengan Demokrat akan tetap dijalin secara intensif paska pertemuan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan AHY.
Seperti diketahui Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melakukan pertemuan di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu 18/6/2023. Berbagai analisis muncul di balik pertemuan tersebut.
Pertemuan dua tokoh muda itu dianalisis sebagian pihak sebagai simbol rekonsiliasi PDIP dan Demokrat. Seperti dikemukakan pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam yang meyakini pertemuan Puan dan AHY bukan inisiatif sendiri dan telah direstui Megawati Soekarnoputri serta Susilo Bambang Yudhoyono. Rekonsiliasi itu menurutnya bukan tak mungkin akan berbuah dengan kekuatan bersama dalam satu koalisi bila Pilpres 2024 berlangsung dua putaran.
Sebaliknya ada yang menyebut pertemuan sebagai bentuk intervensi Demokrat atas Koalisi Perubahan karena belum diumumkannya sosok Cawapres. Koalisi Perubahan bahkan disebut Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti akan bubar bila AHY berpaling ke PDIP untuk mendukung Ganjar sebagai presiden.
Di balik dugaan-dugaan tersebut, mencuat pula kemungkinan pertemuan tersebut menjadi sebuah pengakuan pemerintah atas kepengurusan Demokrat di bawah kepemimpinan AHY. Diketahui saat ini konflik internal di tubuh Demokrat belum berakhir. Gugatan Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat masih berlangsung di proses peninjauan kembali (PK).
Dugaan tersebut tak ditampik Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad bisa saja terjadi. Jokowi disebut Nyarwi memiliki dua peran dijalani, yaitu sebagai kepala negara dan kader PDIP yang menjadikannya sebagai petugas partai, Sementara sebagai Kepala KSP, Moeldoko merupakan pembantu presiden.
“Kaitan secara langsung tidak ada, tetapi secara tidak langsung masih terkait. Pertanyaannya apakah ibu ketum sebagai pimpinan partai, misalnya ada gak request khusus kepada Jokowi, atau lewat Mbak Puan. Seandainya ada untuk mendalilkan itu, itu sebagai bentuk support kepada democrat,” jelas Nyarwi kepada Forum Keadilan, Jum’at 23/6/2023.
“Walaupun Ini kan proses hukum berbeda dengan proses politik, apapun itu secara simbolik partai demokrat di bawah AHY mendapat dukungan kuat dengan merapat ke PDIP. Dengan kata lain selama ini orang meragukan Pak Jokowi akan menjegal, peluangnya menurut saya secara politik itu tipis,” lanjutnya seraya menyimpulkan posisi bargaining partai Demokrat di bawah AHY semakin kuat dengan adanya pertemuan itu.
Cap Jempol Darah
Dalam akun pribadinya, loyalis Anies Baswedan, Musni Umar berpendapat pertemuan Puan dengan AHY memiliki mana membuat suasana politik lebih dingin dan tidak terus bergejolak, khususnya di tubuh Partai Demokrat. Ia menilai pertemuan dua tokoh politik itu dapat dimaknai PDIP mengakui keabsahan Partai Demokrat kepemimpinan AHY.
“Khususnya di tubuh Partai Demokrat sangat panas sampai ada cap jempol darah setelah KSP Moeldoko mengajukan PK di MA untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat dari AHY,” kata Musni Umar dalam cuitannya di Twitter, Senin, 19/6/2023.
PERTEMUAN AHY DAN PUAN GIMIK POKITIK MENJELANG PEMILU 2024
Pertemuan Puan Maharani dengan Agus Harimurti Yudhoyono di Pelataran Hutan Kota kompleks GBK Jakarta (18/6/2023) yang ramai diberitakan media, disambut positif.
Pertemuan tersebut memiliki makna politik setidaknya…
— Musni Umar (@musniumar) June 19, 2023
“Juga realitas politik bahwa yang sah adalah Partai Demokrat yang dipimpin AHY,” sambung mantan Rektor Universitas Ibnu Chaldun ini yang berpendapat hakim MA akan mempertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam memutus perkara PK Moeldoko dkk.
Semakin meningginya tensi di dalam tubuh internal diperlihatkan ratusan kader Demokrat yang untuk kedua kalinya menggelar aksi cap jempol darah dan mimbar bebas di DPP Partai Demokra, Jumat, 16/6/2023. Dalam kegiatan bertajuk Proklamasi Memanggil II itu para kader Demokrat menempelkan cap darah dari jempolnya ke kain putih, dilanjutkan pembubuhan tanda tangan.
Di lokasi, membentang pula spanduk bergambar Moeldoko dengan kedua mata yang ditutupi garis hitam. Spanduk dilengkapi narasi “LAWAN KSP MOELDOKO BAPAK BEGAL PARTAI!”.
Aksi ini disebut-sebut akan berlangsung hingga MA mengeluarkan putusan terhadap pengajuan kembali (PK) yang diajukan Moeldoko terkait kepengurusan AHY sebagai Ketum Demokrat. Di sisi lain, Moeldoko menanggapi santai atas aksi cap jempol darah tersebut.
“Sebaiknya setiap hari, tiap hari bagus. Biar darahnya habis,” kata Moeldoko usai menghadiri kegiatan di Malang, Sabtu 17/6/2023 lalu.
Statemen Moeldoko dinilai kader Demokrat loyalis AHY sebagai upaya mendegdradasi dan meremehkan esensi aksi tersebut. Upaya begal Partai Demokrat dinilai juga berpotensi merampas hak rakyat indonesia untuk memilih Anies Baswedan. *
Laporan M Bachtiar Nur