Minggu, 27 Juli 2025
Menu

Kemenag Indramayu Ungkap Jawaban Ponpes Al-Zaytun Soal Salat Id yang Kontroversial

Redaksi
Solat Idulfitri di Pesantren Al-Zaytun
Solat Idulfitri di Pesantren Al-Zaytun
Bagikan:

FORUM KEADILAN – Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu mengaku sudah mengunjungi Ponpes Al-Zaytun di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.

Hal ini lantaran pelaksanaan salat Idulfitri yang menjadi viral di media sosial.

Kunjungan itu diawali dengan menanyakan seputar pelaksanaan pondok pesantren dan pendidikannya.

Terkait dengan tata cara salat Idulfitri yang tidak biasa, Kasubag TU Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar meengaku membuka pembahasan seputar pakaian dan shaf ketika salat.

“Saya sampaikan juga ke Al-Zaytun bahwa memberikan contoh yang sangat baik dengan pakaian yang rapi ketika salat Idul Fitri, hampir semuanya menggunakan jas rapih lah secara keseluruhan. Tapi viral juga ya pak? Saya bilang begitu ke dia. Iya katanya apa yang diviralkan?,” jelas obrolan singkat Aan dengan pimpinan Ponpes Al-Zaytun pada Rabu, 26/4/2023.

Aan juga menanyakan soal shaf salat yang tak pada umumnya.

“Yang pertama dia mengambil dasar hukum surat Al-Mujadilah (QS:11), di situ disampaikan bahwa Berlapang-lapanglah dalam suatu majelis. Jadi memberikan area ruang untuk kita merasa nyaman dengan satu yang lain terkait social distancing,” kata Aan jelaskan jawaban Al-Zaytun.

Memang kata Aan, Islam tidak melarang ketika salat berjarak. Malah dianjurkan untuk memberikan ruang kepada orang dan jangan berdesak-desakan.

“Saya juga kaget, menggunakan ayat yang 11 Al Mujadilah itu. Tapi kan kita menghargai tafsiran beliau (pimpinan Al-Zaytun) seperti itu terkait jarak yang digunakan,” ungkap Aan dari penjelasan Al-Zaytun.

Selain itu, terkait dengan sosok perempuan yang bercampur shaf dengan jemaah laki-laki.

“Jadi perempuan itu tidak mesti ada di sudut ujung beradanya. Itu pemahaman dia. Kalau kita kan menghargai pemahaman orang dan pola pikir beliau terkait dengan memuliakan perempuan tersebut,” kata Aan.

“Dan perempuan yang ada di samping saya itu orang yang paling saya muliakan sekali, gitu. Apakah salah saya memuliakan perempuan?” kata-kata pimpinan Al-Zaytun kepada Aan.

Aan pun menyandingkan pernyataan MUI bahwa tata cara (pria-wanita campur dalam shaf salat) tersebut terdapat kemakruhan. Yang lebih dianjurkan mengambil cara yang lebih afdol.

“Itu pilihan katanya. Karena yang namanya makruh itu abu-abu,” kata Aan menirukan jawaban Al-Zaytun.

Menurut informasi, sosok perempuan tersebut merupakan istri dari pimpinan Al-Zaytun, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang.

Selain itu, sosok laki-laki yang duduk dalam barisan shaf salat itu kabarnya merupakan seorang yang non muslim.

“Yang non muslim yang diem itu penghormatan kemanusiaan, ditempatkan lah di shaf depan, kayak gitu. Walaupun dia (pria duduk dalam shaf depan) tidak salat,” ujar Aan.

Aan menjelaskan jika pihak Kemenag mengarahkan, tetapi tidak memaksakan.

“Kita Kementerian Agama bisa mengarahkan tapi tidak bisa memaksakan dalam satu ini. Kan dalam organisasi juga ada macam-macam ada Muhamadiyah, ada Nahdlatul Ulama, Persis, Al Washliyah, ada Al Irsyad, muslim semua. Tapi kita tidak memaksakan pemahaman keagamaan mereka,” ungkap Aan.

Dalam obrolan bersama pimpinan Al-Zaytun, pihak Kementerian Agama juga mendapat ungkapan misterius.

Bahwa, Al-Zaytun kabarnya bakal membuat kejutan.*