Sejarah Lubang Buaya dan Napak Tilas Tempat Pembuangan Jasad 7 Perwira TNI AD

FORUM KEADILAN – Lubang Buaya menjadi tempat yang erat kaitannya dengan tragedi pembunuhan dan jadi tempat pembuangan jasad 7 perwira TNI AD tahun 1965. Kejadian tersebut dikenal dengan Gerakan 30 September atau G30S/PKI.
Berlokasi di pinggiran Kota Cipayung, Jakarta Timur berdekatan dengan Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Pada rezim Orde Baru di sana didirikan sebuah monumen besar yang dibangun pada tahun 1969 yang diberi nama Monumen Pancasila Sakti.
Museum Lubang Buaya ini dibuka setiap hari dari pukul 09.00 WIB sampai 21.00 WIB. Harga tiket masuk museum hanya Rp5 ribu saja.
Pantauan FORUM KEADILAN, di sana terdapat Museum Pengkhianatan PKI yang dibangun pada tahun 1990. Di dalam museum tersebut terdapat diorama yang menceritakan tindakan yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di sana juga terdapat Museum Suci Pancasila yang berisi diorama sebelum dan sesudah kudeta serta peninggalan seperti aqualung yang digunakan selama pengambilan mayat dari sumur, teater dan pameran foto.
Tak jauh dari lokasi museum, terdapat bangunan yang di dalamnya terdapat sumur yang menjadi tempat pembuangan tujuh perwira TNI AD.
Tujuh perwira TNI AD itu antara lain, Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu Pierre A. Tendean.
Mereka kemudian diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi. Barang-barang peninggalan peristiwa G30S seperti pakaian yang dikenakan oleh para korban saat penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan, dipamerkan di sana. Selain itu, ada pula bukti visum yang dipamerkan di ruang relik museum tersebut.
Museum Lubang Buaya
Museum Lubang Buaya juga dikenal dengan nama Museum Pancasila Sakti. Di depan museum ini ada patung tujuh pahlawan revolusi yang tewas saat pemberontakan PKI di tahun 1965 tersebut, yang dikenal dengan Monumen Pahlawan Revolusi yang dibangun pada pertengahan Agustus 1967 dan diresmikan pada 1 Oktober 1973 oleh Presiden Soeharto.
Jenazah tujuh korban G30S/PKI kini sudah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Di bagian bawah monumen tersebut terdapat diorama yang menggambarkan kejadian atau peristiwa pada tanggal 30 September 1965 dan tulisan yang berbunyi: “Waspada.. dan mawas diri agar peristiwa semacam ini tidak terulang lagi”.
Museum Lubang Buaya juga diberi sebutan sebagai Museum Pengkhianatan PKI yang menceritakan sejarah pemberontakan PKI yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan tujuan organisasi PKI berupa paham komunis yang sama sekali bertentangan.
Kejadian pada tanggal 30 September 1965 adalah pemberontakan besar PKI yang kedua setelah peristiwa di Madiun pada tahun 1948 yang dikenal sebagai pemberontakan Musso.
Di dalam museum ini terdapat beberapa koleksi foto dari peristiwa pemberontakan PKI pada tahun 1965 tersebut, proses pengangkatan jenazah ketujuh pahlawan revolusi sebagai salah satu tokoh G30S PKI, juga beberapa diorama yang menceritakan mengenai pemberontakan PKI di berbagai daerah Indonesia.
Sebagai bagian dari sejarah museum Lubang Buaya juga terdapat Museum Paseban yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1981 bersamaan dengan sejarah Hari Kesaktian Pancasila yang sudah berlangsung selama dua windu.
Selain itu dalam sejarah museum Lubang Buaya yang menggambarkan kronologi G30S PKI juga ada Ruang Relik yang menjadi tempat pameran barang – barang terutama pakaian yang dikenakan para korban ketika diculik, disiksa hingga dibunuh disertakan hasil visum dari dokter.
Selain itu terdapat Aqualung, yaitu alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah para korban dari dalam sumur.
Terdapat juga Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah proses pengangkatan jenazah para pahlawan revolusi, proses pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan lainnya yang diputar selama kurang lebih 30 menit.
Lalu ada Ruang Pameran Foto yang menyajikan foto – foto proses pengangkatan jenazah dan pemakaman.
Bangunan Lain di Sekitar Museum
Lokasi yang paling mencolok dari sejarah museum Lubang Buaya ini tentu saja adalah sumur tua kering yang menjadi tempat pembuangan jenazah berukuran lebar 75 cm dan kedalaman 12 meter.
Sumur ini diberi lampu merah menyala di bagian dalamnya. Selain itu disana juga masih terdapat rumah – rumah yang menjadi lokasi perencanaan pemberontakan dan masih dipamerkan dalam kondisi yang sama seperti masa itu.
Di dekat lubang sumur terdapat prasasti yang berbunyi “Tjita2 Perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pantja Sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang Buaja, 1 Oktober 1965”.
Selain sumur juga terdapat Rumah Penyiksaan yang menjadi lokasi penyiksaan para pahlawan Revolusi yang dibuat untuk menanda tangani surat pernyataan pengakuan sebagai anggota Dewan Jendral, yang merupakan isu yang dibuat PKI untuk memfitnah para Jendral tersebut bahwa mereka berencana mengkhanati Presiden Soekarno.
Di tempat ini terdapat diorama penyiksaan para korban, kisah awal pemberontakan PKI. Dulunya tempat ini adalah sebuah sekolah rakyat dan dialihfungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan.
Di sana juga terdapat Pos Komando milik penduduk dari RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb yang dipakai oleh pemimpin gerakan G30S PKI bernama Letkol Untung untuk merencanakan penculikan terhadap para Jendral TNI AD. Di dalamnya masih terdapat berbagai barang asli yang menjadi saksi bisu dari kekejaman PKI seperti tiga buah lampu petromaks, mesin jahit dan lemari kaca.
Juga Panser Saracen yang digunakan untuk membawa jenazah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, replika dari truk Dodge yang digunakan para anggota PKI untuk membawa jenazah Jendral DI Pandjaitan ke Lubang Buaya, jeep Toyota Kanvas yang merupakan kendaraan dinas Pangkostrad, sedan kendaraan dinas Jendral Ahmad Yani.
Juga ada Dapur Umum yang merupakan sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI sebagai Dapur Umum. Dulunya rumah ini adalah milik Ibu Amroh yang menjadi tempat untuk menyiapkan konsumsi para anggota PKI. Ibu Amroh sehari – harinya berjualan pakaian keliling dan diperintahkan PKI untuk meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci, namun ia menemukan rumahnya sudah dalam kondisi berantakan dan hampir semua benda miliknya didalam rumah hilang.
Sejarah museum Lubang Buaya yang merupakan bagian dari kompleks Monumen Pancasila Sakti bisa disaksikan sendiri oleh para pecinta sejarah, juga oleh para pelajar yang terutama perlu mengetahui sejarah bangsanya sendiri termasuk yang kelam sekalipun agar dapat memetik pelajaran dari kisah – kisahnya seperti latar belakang G30S PKI. Kompleks monumen buka mulai hari Selasa sampai Minggu dari pukul 09.00 – 16.00 WIB dan tutup pada hari Senin.
Monumen tetap buka pada hari libur nasional dan bebas biaya masuk ke kompleks tersebut setiap hari TNI pada 5 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November.*
Laporan Merinda Faradianti