Pengamat Nilai Gibran Tak Beretika dan Gagal Memahami Persoalan di Debat ke-4

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres keempat di JCC, Jakarta Pusat, Minggu, 21/1/2024 | YouTube KPU RI
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres keempat di JCC, Jakarta Pusat, Minggu, 21/1/2024 | YouTube KPU RI

FORUM KEADILAN – Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi Kusman menyoroti penampilan calon wakil presiden (cawapres) nomor 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres keempat yang digelar KPU pada Minggu, 21/1/2024 malam.

Menurut Airlangga, manuver Gibran dalam debat khusus cawapres kedua itu tidak merepresentasikan etika seorang pemimpin. Ia juga menilai, Gibran tidak memahami persoalan.

Bacaan Lainnya

Airlangga menyebut, penampilan Gibran justru membongkar kamuflase kesantunan yang selama ini ingin ditampilkan Wali Kota Solo itu kepada publik.

“Kita bisa menyaksikan saat ketika Gibran berusaha menjatuhkan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dengan menyebut pertanyaan dapat bocoran dari Pak Tommy Lembong jelas tidak ada fakta, dan memperlihatkan minusnya tata krama dengan menyebut orang lain dengan tujuan menjatuhkan orang,” jelasnya dalam keterangan tertulisnya, Senin, 21/1.

Airlangga juga menilai Gibran melakukan blunder saat bertanya terkait inflasi hijau (greenflation) kepada cawapres nomor urut 03 Mahfud MD. Airlangga menuturkan, penjelasan Gibran yang terkesan menggurui Mahfud justru tidak memberikan kejelasan.

“Sudah tepat ketika Prof Mahfud menyatakan pertanyaan dan pernyataan recehan untuk jawaban Gibran. Hal ini justru menunjukkan lemahnya etika, etiket dan kegagalan memahami persoalan dari Gibran yang membongkar kamuflase kesantunan yang selama ini ditampilkan,” imbuhnya.

Airlangga mengatakan, Gibran tidak berangkat dari penjelasan, namun langsung melompat dengan memberikan contoh aksi demonstrasi di Prancis. Sebaliknya, jawaban dari Mahfud dinilai sudah tepat.

Airlangga menjelaskan, makna dari greenflation itu ialah ketika biaya untuk renewable and green economy dalam transisi ekonomi naik melebihi kalkulasi market, sehingga membuat pelaku ekonomi enggan guna melakukan transisi menuju ekonomi hijau.

“Justru jawaban Prof Mahfud dalam hal ini benar, kultur Madura yang terbiasa dalam melakukan recycle barang ekonomi dan mengelolanya bagi ekonomi hijau, justru memiliki peran sebagai cultural capital (modal budaya) yang penting untuk menurunkan inflasi hijau,” katanya.

Lebih lanjut, Airlangga menilai, langkah Gibran yang agresif dan cenderung menyerang dilakukan untuk membalas penampilan calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto yang terkesan emosional dan kalah dalam debat capres kedua.

“Kalau saya lihat langkah agresif cenderung menyerang dari Gibran ini untuk membalas dalam debat capres kemarin ketika Prabowo terkesan emosional dan kalah dalam debat terkait dengan isu kepemilikan lahan dan transparansi anggaran Kemenhan,” pungkas Airlangga.*

Pos terkait