FORUM KEADILAN – Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI Ahmad Bagja mengatakan tokoh agama memiliki peran penting dalam meredam tensi tinggi jelang Pemilu 2024.
Menurutnya, tokoh agama bisa menenangkan banyak pihak serta dapat mengedepankan gagasan dalam pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).
Hal tersebut disampaikan Bagja saat menghadiri acara Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Nasional Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di kantor DPP PPP Jalan Dipenegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu 12/11/2023.
Bagja mengaku, untuk mencegah tensi di masyarakat, dirinya sudah mendiskusikan hal tersebut kepada Sekretaris Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Frans Kristi Adi Prasetya.
“Kemarin diskusi dengan teman-teman, dengan Romo di KWI, kami sudah menjelaskan, peran penting tokoh agama dalam menenangkan masyarakat pada proses-proses demokrasi yang dilakukan,” ucapnya.
Bagja menilai, suasana pemilu saat ini akan sangat kompetitif, di mana masing-masing capres dan cawapres akan saling serang satu sama lain dengan beradu argumentasi dan strategi politik.
Hal itu diperbolehkan, apabila masih berada dalam aturan. Tetapi, salah jika salah satu pasangan capres-cawapres, maupun aktor demokrasi, menggunakan fasilitas negara serta basis pemerintahan dalam menjalankan strategi politiknya.
“Pasti akan saling serang, dan itu hal wajar saja bila saling serang. Baik argumentasi kemudian juga strategi politik. Ini hal yang wajar dalam suatu kompetisi pemilu. Tetapi aturannya jelas, pelarangan penggunaan fasilitas negara atau basis pemerintah itu tidak boleh digunakan sebagai tempat kampanye,” ujarnya.
Bagja menuturkan, tensi akan semakin tinggi di media sosial dibandingkan di tempat lain. Ia berharap, masyarakat di tingkat bawah atau yang biasa disebut dengan akar rumput tidak terpengaruh.
Kata Bagja, kompetisi yang jujur dengan saling mengedepankan visi misi harus dilakukan para calon capres-cawapres. Pasalnya, dengan mengedepankan sentimen terhadap pesaing demokrasi, akan menimbulkan sikap saling menjatuhkan di masyarakat.
Guna menghindari penghakiman pilihan orang lain, dirinya mengimbau agar masyarakat untuk saling menghormati pilihan.
“Sentimen boleh. Tetapi tidak boleh kemudian menghakimi pilihan orang lain. Kita harus menghormati pilihan siapapun juga dalam masyarakat,” tutupnya.*
Laporan Ari Kurniansyah