FORUM KEADILAN – Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mendesak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) segera menangani permasalahan antrean panjang di penyeberangan Ro-Ro Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat, Bengkalis, menuju Dumai, Kepulauan Riau, yang dikeluhkan masyarakat selama beberapa bulan terakhir ini.
Diketahui, masyarakat sekitar harus antre selama dua hari lamanya ketika ingin melakukan penyebrangan.
“Segera kami minta ini ditangani oleh Kementerian Perhubungan,” ujar Ketua Komisi V DPR RI Lasarus kepada Forum Keadilan, Kamis, 26/10/2023.
Senada, Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra Andi Iwan Darmawan Aras juga mengaku akan menyampaikan ke Kemenhub untuk segera mengatasi masalah di penyeberangan Ro-Ro Tanjung Kapal tersebut.
“Kami akan menyampaikan ke pemerintah melalui Menteri Perhubungan agar permasalahan tersebut dapat segera diatasi,” ujar Andi kepada Forum Keadilan.
Andi menjelaskan, masalah di penyeberangan Ro-Ro Tanjung Kapal itu terjadi karena ada pembatasan kendaraan angkut sawit yang boleh masuk kapal. Tujuan pengaturan ini ialah untuk mengakomodir seluruh golongan kendaraan yang antre dan juga sudah ditentukan jumlah kendaraan yang masuk ke kapal demi keselamatan pelayaran.
“Di sisi lain, hasil Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang diangkut keluar melalui Pelabuhan Tanjung Kapal sudah semakin meningkat pesat jumlahnya, sehingga menimbulkan antrean kendaraan barang yang banyak,” jelas Andi.
Menurut Andi, solusi yang perlu dilakukan adalah menambah jumlah armada, atau menggeser armada yang saat ini berada di pelabuhan lain yang okupansinya masih bisa ditangani.
“Oleh karena itu, Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah IV Provinsi Riau dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau harus cepat menyelesaikan persoalan ini, sebab pengelolaan antrean yang baik di pelabuhan sangat penting untuk memastikan efisiensi operasi dan mencegah kemacetan,” kata dia.
Sebelumnya, masyarakat Bengkalis mengeluhkan antrean panjang di penyeberangan Ro-Ro Tanjung Kapal yang membuat perekonomian anjlok.
Menurut masyarakat sekitar, selain memakan waktu lama, anteran itu membuat biaya penyeberangan juga sangat tinggi. Bahkan, sopir truk yang mengangkut TBS kelapa sawit harus meluangkan waktu hingga empat hari untuk satu perjalanan pergi dan pulang.
Salah satu sopir truk dari Desa Pergam, Syamsul mengatakan bahwa pengiriman TBS kelapa sawit milik keluarganya telah mengalami beberapa kali keterlambatan ke pabrik pengolahan kelapa sawit di Dumai.
Syamsul menyebutkan, kapal Ro-Ro yang hanya memiliki tiga unit operasional dan satu unit lainnya sedang dalam perbaikan, sehingga mengakibatkan antrean yang parah dan lama.
Syamsul juga mengkritik jadwal operasional petugas Ro-Ro yang hanya berlangsung dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB dengan sembilan perjalanan. Sementara itu, antrean di luar kendaraan umum yang tidak bermuatan, seperti truk sawit, mencapai 90 unit.
Syamsul juga mencatat bahwa dalam satu perjalanan, hanya tiga hingga empat truk bermuatan sawit yang dapat diangkut, sedangkan yang lain adalah kendaraan pribadi.
“Kita melihat kendalanya, dari tiga kapal roro hanya dua yang beroperasi, sedangkan satu masih dalam proses perbaikan. Makanya kami mengharapkan perhatian pemerintah dalam membantu masyarakat menghadapi kesulitan ini,” harapnya.* (Tim FORUM KEADILAN)