Terungkap, Laporan Pelecehan Seksual oleh Brigadir J adalah Cerita Sambo

Sidang perkara perintangan penyidikan tewasnya Brigadir J, untuk terdakwa Hendra Kurniawan dan Agus Nurpatria di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 22/12/2022.

FORUM KEADILAN – Laporan dugaan pelecehan seksual atas terdakwa Putri Candrawathi merupakan cerita Ferdy Sambo yang ditulis dalam satu kertas tanpa tanda tangan.

Fakta tersebut terungkap pada saat sidang perkara menghalangi penyidikan tewasnya Brigadir J, untuk terdakwa Hendra Kurniawan dan Agus Nurpatria di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 22/12/2022.

Bacaan Lainnya

Salah satu saksi yang dihadirkan dalam sidang, Arif Rahman Arifin (42) mengungkapkan, saat itu dirinya hadir untuk melakukan interogasi awal terhadap  Putri Candrawathi, guna kepentingan Paminal Divpropam Polri.

“Saat itu saya datang ke rumah Saguling atas perintah dari Pak Hendra, untuk melakukan interogasi awal terhadap Ibu Putri guna kepentingan internal di Paminal Divpropam,” ujarnya.

Namun, saat tiba di rumah Saguling, Arif mengaku melihat Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi duduk berhadapan tampak seperti sedang menangis.

“Saat tiba di rumah Saguling saya menunggu dulu sekitar lima menit, baru kemudian saya diminta untuk naik ke atas di lantai dua. Di situ saya melihat pak Sambo dan Ibu Putri duduk berhadapan dan tampak seperti sedang menangis memegangi tisu,” jelas dia.

Arif juga mengatakan bahwa laporan yang menulis kronologi kejadian tersebut adalah dirinya atas perintah Sambo.

“Pertama saya sodorkan kertas dulu ke Ibu Putri, saya bilang izin ndan mungkin bisa ditulis dulu sama Ibu Putri, lalu kata Pak sambo, udah kamu aja,,” kata Arif.

Lalu Jaksa menanyakan, perihal cerita yang ditulis oleh Arif.

“Jadi yang menceritakan siapa?” tanya Jaksa.

“Yang menceritakan itu kebanyakan Pak Sambo, karena saat itu Ibu Putri bercerita sebentar langsung nangis,” timpal Arif.

“Yang diceritakan Pak Sambo, kronologisnya seperti apa?” tanya Jaksa Kembali.

“Datang ke rumah duren tiga, Ibu sama rombongan turun lalu masuk dan mandi kemudian rebahan, pada saat rebahan, tau-tau Yosua meraba-raba Ibu. Lalu ibu teriak memanggil nama Riki dan Richard, terus Yosua keluar kemudian Ibu mendengar ada tembak-tembakan, pada saat mendengar tembakan, Ibu menelpon Bapak lalu Bapak datang jemput Ibu dan bawa keluar rumah” kata Arif.

Arif menyebutkan, tidak ada proses interogasi keberadaannya di rumah saguling hanya menulis cerita dari Sambo dalam sebuah kertas tanpa tanda tangan apa pun.

“Jadi saat itu tidak ada integorasi, karena yang namanya interogasi harusnya ada tanya jawab tapi itu tidak saya hanya menulis apa yang diceritakan Pak sambo dan disitu tidak ada tanda tangan saya ataupun Pak sambo sebagai pemberi keterangan,” ucapnya.*

 

Laporan  Ade Feri Anggriawan